Merger Bank BUMN Syariah untuk Saingi Malaysia

Jakarta -Merger bank BUMN syariah tengah disiapkan untuk menghadapi pasar bebas keuangan, yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2020 mendatang.

Indonesia perlu punya bank syariah besar agar bisa bersaing di MEA. Lawan terberat adalah Malaysia karena perbankan syariah di sana jauh lebih maju.


Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon mengatakan, untuk bisa bersaing di era global dalam menghadapi era MEA, ada 2 kemungkinannya. Pertama, persaingan di pasar dalam negeri kita sendiri, dan kedua persaingan di negara tetangga.


"Nah, terutama untuk di pasar dalam negeri, kita harus mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Khusus untuk perbankan syariah, pesaing utama yang terkuat tentunya datang dari Malaysia. Kita tau mereka sudah lebih maju dalam perbankan syariah," ujarnya kepada detikFinance, Kamis (19/2/2015).


Oleh sebab itu, kata Nelson, sebelum mereka hadir di Indonesia melalui Qualified ASEAN Bank (QAB) dalam rangka ASEAN Banking Integration Frame work (ABIF), Indonesia perlu punya bank syariah yang punya kemampuan permodalan yang kuat dengan kualitas pengelolaan yang sehat.


"Tentunya sudah lebih mampu menjawab kebutuhan masyarakat," katanya.


Saat ini, Nelson menambahkan, pihaknya tinggal menunggu para Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT) untuk kepastian sikap atas rencana merger ini.


"Mengenai kapan perbankan mau diajak bicara, sangat tergantung pada kepastian sikap dari PSPT. Kalau sudah mantap dengan rencana tersebut, pasti pihak-pihak terkait akan segera diajak bicara," pungkasnya.


(drk/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com