"Kalau di Kalimantan yang wilayah perbatasan itu lebih banyak memakai ringgit dibandingkan rupiah," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengedaran Uang Lambok Antonius Siahaan saat berbincang dengan wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat (7/6/2013).
Lambok menuturkan alasannya adalah karena mata uang ringgit dianggap lebih efisien dibandingkan dengan rupiah. Nilai efisiensi terlihat dari nominal rupiah yang lebih besar dibandingkan ringgit.
"Jadi mereka menganggap lebih efisien pakai ringgit dibandingkan rupiah. Makanya masyarakat disana lebih suka pakai ringgit dibanding rupiah. Bayangkan beli bakso disana cuma mengeluarkan satu lembar duit ringgit. Nah kalau rupiah kan harus beberapa lembar," sebutnya.
Maka dari itu, Lambok mengatakan butuhnya langkah redenominasi mata uang. Dimana dapat meningkatkan tingkat efisiensi penggunaan uang.
"Jadi itulah gunanya redenominasi itu. Jadi kan gak susah lagi nanti dan orang-orang diperbatasan juga bisa ditarik untuk menggunakan rupiah. Kalau ternyata ringgit lebih efisien kenapa harus pakai rupiah," ungkapnya.
Saat ini proses redenominasi masih pada tahap konsultasi publik. Kemudian akan ada pembahasan dengan DPR RI terkait undang-undang yang telah diajukan pemerintah.
"Kita masih tunggulah karena banyak yang mesti dipersiapkan," sebutnya.
(dru/dru)
