Ini Kondisi Sektor Migas Indonesia Tahun Depan

Jakarta - Produksi minyak Indonesia tahun ini tidak sesuai target dalam APBN dimana produksinya hanya rata-rata 840.000 barel per hari (bph), sementara targetnya 900.000 bph. Bagaimana kondisi sektor migas Indonesia tahun depan?

"Lifting minyak 860.000-900.000 barel per hari sedangkan lifting gas sebesar 1,230 juta-1,250 juta barel setara minyak per hari," ujar Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (5/6/2013).


Produksi minyak tahun ini memang sudah sudah alami turun, fasenya menurun terendah sepanjang sejarah industri migas. "Produksi pun bisa di bawah 840.000 barel per hari, untuk itu sejak saya dilantik jadi kepala SKK Migas, saya targetkan penurunan 0% (umumnya per tahun turun 12%) dan berhasil bahkan produksinya naik sedikit, tapi itu (di DPR) tetap saja disalahkan, seharusnya kan diapresiasi," ujarnya.


Dari target lifting 860.000-900.000 barel per hari dengan harga minyak sebesar US$ 110 per barel, maka penerimaan negara akan dari minyak bumi ditargetkan sebesar US$ 34,6 miliar-US$ 36,2 miliar tahun depan.


"Sedangkan dari gas bumi dari target lifting sebesar 1,230-1,250 juta barel oil equivalen per hari dengan harga gas US$ 9,04-US$ 9,09 per MMBTU penerimaan negara dari gas bumi ditargetkan sebesar US$ 22,2 miliar-US$ 22,6 miliar," ungkap Rudi.


Tapi dari pendapatan minyak bumi sebesar US$ 34,6 miliar-US$ 36 miliar dipotong cost recovery sebesar US$ 10,2 miliar-US$ 10,8 miliar dan bagian perusahaan migas (KKKS) sebesar US$ 3,7 miliar-US$ 4,2 miliar, sehingga bagian negara mendapat US$ 20,1 miliar-US$ 21,8 miliar.


"Sementara untuk gas bumi, bagian negara sebesar US$ 10,2-10,8 miliar, cost recovery sebesar US$ 6,8 miliar-US$ 6,3 miliar, sedangkan bagian KKKS sebesar US$ 5,2 miliar-US$ US$ 5,5 miliar," ujarnya.


Sehingga tahun 2014 ungkap Rudi, pendapatan negara di sektor migas adalah sebesar US$ 30,3 miliar-US$ 32,6 miliar dengan cost recovery sebesar US$ 17,6 miliar-US$ 16,5 miliar serta bagian KKKS sebesar US$ 8,9 miliar-US$ 9,7 miliar.


(rrd/dnl)