Laba Pertamina Tembus Triliunan, Kenapa Jual Rugi Elpiji 12 Kg Jadi Alasan?

Jakarta -Dengan mengatasnamakan kerugian, PT Pertamina tetap menaikkan harga gas elpiji 12 kg dari Rp 70.200 menjadi Rp 117.708 per tabung. Padahal, pada tahun 2012 lalu perseroan mencetak laba bersih sebesar Rp 30 triliun.

Apa alasan Pertamina?


Alasan pertama adalah hasil audit Badan Pemerika Keuangan (BPK) dalam beberapa tahun terakhir. Di mana menganggap Pertamina tidak melakukan aksi korporasi apapun atas kerugian yang diterima selama bertahun-tahun.


"Rekomendasi dari BPK adalah Pertamina seakan-akan tidak berbuat apa-apa dari kerugian yang ada. Cara kerja audit tidak begitu. Karena tidak hanya melihat secara keuntungan keseluruhan. Jadi elpiji ya elpiji saja," kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir di Bandara Halim Perdanakusuma, Minggu (5/1/2014).


Penyesuaian harga tersebut dilakukan untuk pertama kalinya sejak Oktober 2009, menyusul kerugian bisnis elpiji non subsidi kemasan 12 kg yang telah mencapai Rp 22 triliun dalam enam tahun terakhir. BPK menyebut kerugian Pertamina memang harus dibenahi terkait penjualan elpiji 12 kg.


"Jadi ketika ada hasil audit. Tidak bisa satu sektor elpiji yang rugi, dibiarkan. Jadi lihat yang penting konsolidasi labanya besar. Tidak bisa," ujarnya.


Alasan yang kedua adalah dalam rangka penjagaan kesehatan perusahaan. Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang harusnya tetap sehat. Menurut Ali, kesehatan perusahaan akan terganggu jika ada subsidi silang.


"Kalau uang dari hasil pengeboran dipakai untuk elpiji. Kan berbahaya kalau seperti itu. Subsidi silang gimana aturannya. Jadi tidak sehat korporatnya kalau itu dilakukan," jawab Ali.


(mkl/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!