Bos Blue Bird Bicara Soal Kursi Ketua Hipmi

Jakarta -Di Indonesia, para pengusaha muda punya wadah sendiri. Organisasi tersebut disebut Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).

Jumat (18/07/2014) lalu, detikFinance berkesempatan mewawancarai Bayu Priawan Djokosoetono, Bendahara Umum Hipmi. Bayu, yang juga menjabat sebagai Chairman Bluebird Group Holding, dikabarkan mencalonkan diri untuk menjadi ketua umum Hipmi selanjutnya menggantikan Raja Sapta Oktohari.


Bagaimana pandangannya terhadap dunia usaha di Indonesia? Apa yang membuat jumlah pengusaha di Indonesia relatif minim? Bagaimana Bayu melihat peran penting Hipmi?


Berikut petikan wawancara detikFinance dengan Bayu:


Katanya mau jadi Ketua Hipmi?

Tentu intinya Hipmi adalah tempat berkumpulnya para pengusaha. Saya tidak ingin Hipmi jadi tempat politik atau berorganisasi politik. Orang yang berada di sini bukan juga orang politik walaupun pada akhirnya ia akan bersinggungan dengan politik itu sah-sah saja. Hipmi sendiri harus menjadi tempat konsultasi antara pengusaha dengan pengusaha. Hipmi harus menjadi tempat yang bisa mempromosikan investasi di daerah-daerah, karena tersebar di seluruh provinsi.


Apa PR besar untuk Hipmi?

Saat ini potensi investasi Indonesia belum terkemas dengan baik sehingga tidak terjadi suatu investasi. Ke depan saya berharap Hipmi bisa menjadi sebagai gerbang utama untuk berinvestasi, baik di pusat maupun di daerah. Hipmi memiliki kedekatan khusus dengan pemerintah, baik pusat dan daerah. Ini yang harus kita manfaatkan ke depan. Jadi asosiasi pengusaha yang menciptakan pengusaha.


Bagaimana kondisi dunia usaha di Indonesia saat ini?

Kami melihat pengusaha itu kita mesti bedakan pengusaha pemula dan pengusaha menengah. Pengusaha pemula adalah mereka yang masih membutuhkan bukan hanya akses tetapi mentorship. Kalau hanya dikasih akses tanpa dididik mereka akan cendrung gagal dan kembali menjadi karyawan. Jadi mereka harus mengerti bagaimana menjalankan usaha tidak hanya akses.


Hal lain untuk pengusaha muda yang basisnya menengah dan UKM. Mereka ini sudah mempunyai pengalaman hanya butuh akses tambahan. Bisa mengembangkan bisnis mereka makin besar. Inilah tugas kami untuk memberikan fasilitas dan lainnya kepada mereka. Ini yang perlu dilakukan agar pengusaha bisa berkembang.


Banyak yang mengatakan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sedikit?

Pengusaha di Indonesia amat sangat minim. Jumlah pengusaha di Indonesia masih jauh dari kata ideal. Kita baru 0,2% dari total populasi, selebihnya karyawan. Idealnya 4-5%. Inilah yang harus diberikan stimulasi mereka untuk menjadi pengusaha. Kita tularkan semangat entrepreneurship kepada mereka untuk berwirausaha. Banyak yang mereka bisa lakukan untuk menjadi pengusaha.


Bagaimana dunia usaha Indonesia menghadapi persaingan di ASEAN?

Secara statistik, memang kalau dibandingkan Singapura dan Malaysia kita kalah jauh. Singapuran contohnya jumlah pengusaha di sana itu 7-8%. Di sana membangun usaha tidak sulit karena iklim sudah bebas. Masing-masing memiliki kreativitas. Birokrasi di sana paling lama 2 hari, di kita bisa sebulan bikin perusahaan. Jadi harus mempersingkat birokrasi.


(hds/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!