Ini Tantangan Sektor Pertanian yang Harus Diselesaikan Presiden Baru

Jakarta -Tinggal sehari lagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil perolehan suara resmi. Besok akan diketahui apakah pasangan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, atau pasangan nomor urut 2, Joko Widodo-Jusuf Kalla, yang akan unggul dalam pemilihan presiden (pilpres) 2014.

Menurut perhitungan KPU berdasarkan data DB1 yang sudah mencapai 72,03%, Jokowi-JK unggul dengan persentase suara 52,46%. Sementara Prabowo-Hatta memperoleh 47,54% suara.


Sutrisno Iwantono, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), memberikan apresiasi. "Memang ini belum 100%, tetapi mudah-mudahan hasilnya tetap sama. Kepada yang menang jangan pongah, dan yang kalah harus legowo. Jangan sampai menimbulkan perpecahan," katanya kepada detikFinance, Senin (21/7/2014).


Menurut Iwantono, jika memang Jokowi-JK telah resmi ditetapkan sebagai pemenang pilpres, setumpuk tantangan sudah menanti untuk segera diselesaikan. "Tantangan di sektor pertanian tidak ringan. Dibutuhkan action plan yang bisa diaplikasikan di lapangan," tegasnya.


Tantangan pertama, lanjut Iwantono, adalah perubahan iklim. Ini merupakan fenomena global yang dirasakan di seluruh dunia, yang telah mengubah ekosistem, teknologi, dan kelembagaan.


Akibat perubahan iklim, siklus pertanian menjadi sulit diperkirakan. "Cuacanya ekstrem. Kalau panas, ya panas sekali. Tapi kalau hujan, ya hujan terus," ujar Iwantono.


Perubahan ini, tambah Iwantono, menyebabkan penyakit yang diderita tanaman pangan lebih beragam. "Potensi gagal panen juga bisa lebih banyak. Jadi harus ada action plan berupa peringatan dini kepada para petani terhadap climate change ini," tuturnya.Next


(hds/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!