RI Impor 50.000 Ton Beras dari Vietnam, Ini Alasannya

Jakarta -Pemerintah melalui Perum Bulog akan mengimpor 50.000 ton beras asal Vietnam pada Juli-Agustus 2014. Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso punya alasannya soal beras Vietnam yang dipilih.

"Kenapa Vietnam? Secara harga lebih kompetitif dari Thailand," kata Sutarto saat berdiskusi dengan media di Kantor Pusat Perum Bulog, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (21/07/2014).


Menurut Sutarto, kondisi politik Thailand yang sedang bergejolak menyulitkan pihaknya mengimpor beras dari negeri gajah putih tersebut. Pihaknya juga opsi lain yaitu Myanmar, namun beras Vietnam jauh lebih kompetitif.


"Kemudian Thailand sendiri belum terbuka karena masalah politik dalam negerinya kemudian kalau banding Myanmar jauh lebih murah," imbuhnya.


Sesuai rekomendasi pemerintah, jenis beras yang Bulog impor terbagi menjadi dua yaitu beras medium dan premium. Kemudian Sutarto juga mencoba membandingkan harga beras Vietnam dengan beras dalam negeri. Hasilnya beras Vietnam masih jauh lebih murah dengan kualitas lebih bagus.


"Harga beras impor harus lebih murah dari harga di dalam negeri. Pasti lebih murah, kualitas lebih baik kita tidak bisa bandingkan karena kualitasnya beda. Itupun masih jauh lebih murah. Kita impor lebih bagus yaitu broken (pecahan) 15% dan 5%. Jadi medium dan premium. Dilihat harga beras, medium saat ini turun, premium masih naik sedikit. Yang lebih banyak medium," tuturnya.


Sebanyak 50.000 ton beras impor Vietnam nantinya akan dimasukan ke dalan gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia. Beras-beras tersebut akan dijadikan stok cadangan beras pemerintah yang dipatok harus mencapai 2 juta ton/tahunnya.


Secara statistik, stok beras sejak bulan Mei 2014, stok Bulog memang mendekati 2 juta ton atau detilnya 1,9 juta ton yang terdiri dari 1,89 juta ton stok beras Bulog dan pengadaan komersial 18.000 ton. Kondisi ini jauh berbeda bila dibandingkan tahun 2012 dan 2013 dimana posisi stok sudah di atas 2 juta ton.


"Kalau misalnya tahap ini cukup tidak usah dilanjutkan (impor). Kalau kurang kita teruskan. Pokoknya jangan sampai harga terjadi gejolak dan tidak cukup," tegasnya.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!