'Perang' Tiket Penerbangan Bikin Harga Tak Rasional, Ini Dampaknya

Jakarta -Sejumlah maskapai penerbangan kerap menawarkan dan menjual tiket pesawat dengan harga sangat murah, bahkan bisa sampai Rp 0. Penawaran ini biasanya terjadi saat musim sepi penumpang atau low session.

Ketua Penerbangan Berjadwal Indonesian National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto menjelaskan, perang harga memiliki dampak negatif. Dampaknya bisa mengarah pada potensi pengurangan biaya yang berpengaruh terhadap keselamatan penerbangan.


"Perang harga yang nggak logis itu bunuh-bunuhan. Artinya ini bisa berpengaruh ke safety. Ini inisiasi pemerintah yang baik untuk naikkan safety level," kata Bayu kepada detikFinance, Rabu (7/1/2015).


Bayu pun mencontohkan penerbangan rute Jakarta-Surabaya. Dalam hitungan kasar, tidak masuk akal bila tiket penerbangan di rute itu dijual di bawah Rp 600.000.


"Kita hitungan kasar 1 jam saja seperti rute Jakarta-Surabaya. Kira-kira biaya US$ 55-60 per 1 jam penerbangan (untuk satu orang). Syaratnya load factor 80% maka biaya minimal sekitar Rp 600.000-700.000. Kalau tiket dijual Rp 300.000 nggak masuk akal," jelasnya.


Dengan penetapan tarif batas bawah 40% dari batas atas, Bayu menilai standar keselamatan penerbangan Indonesia bisa lebih baik. Selama ini, standar keselamatan penerbangan Indonesia masih berada level 2 atau di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia.


"Ini pembahasan sudah lama. Inilah mengapa kita masih level 2," sebutnya.


Sementara itu, Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi M. Djuraid menerangkan keputusan baru ini murni terkait dengan faktor keselamatan. Dengan penentuan tarif batas bawah 40% dari batas atas maka maskapai memiliki pendapatan cukup untuk menutup biaya.


"Kita dorong agar airlines memiliki ruang finansial yang cukup untuk menaikkan standar safety," tegasnya.


(feb/hds)