Ajukan Sistem Subsidi BBM Baru, Kemenkeu Mulai Berhitung

Jakarta - Pemerintah berencana menerapkan skema subsidi tetap untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tahun depan. Rencana ini terus dikaji, mulai dari penghematan anggaran hingga implementasi di lapangan.

Dalam sistem subsidi BBM baru ini, pemerintah mematok subsidi untuk tiap liter BBM saja. Jadi, misalkan subsidi per liter Rp 2.000, maka apabila harga minyak dunia bergerak, subsidi tidak akan bergerak. Namun harga BBM subsidi akan berubah-ubah mengikuti harga minyak internasional.


Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang Brodjonegoro mengatakan, pihaknya tengah menghitung besaran nilai subsidi yang akan dipatok. Caranya adalah dengan menghitung perkiraan harga minyak tahun depan, nilai tukar rupiah, dan hal lainnya.


"Kita hitung dengan perkiraan harga minyak tahun depan. Kan subsidi bergerak karena harga minyak, kurs, volume. Jadi kita kendalikan subsidi tapi di satu sisi tidak akan memberatkan masyarakat," ujar Bambang di Gedung Djuanda Kemenkeu, Jakarta, Senin (15/7/2013)


Jika angka subsidi telah ditetapkan maka menurut Bambang, bisa dilihat penghematan anggaran yang dihasilkan.


"Ya tergantung kita naronya berapa di rupiahnya. Kalau kita naruhnya di kondisi sekarang kita-kita besaran subsidi sama atau bahkan lebih. Kamu hitung sendiri aja (misalnya) subsidi Rp2500 dan volume 50 kan Rp 121 triliun. Tapi solar kan gak mungkin Rp 2.500. Sekarang kan cuma Rp 5.500. Jadi kemungkinan solar harus lebih besar," jelasnya.


Sementara dampak untuk masyarakat, Bambang masih mempertimbangkan perubahan harga BBM subsidi yang akan terjadi setiap waktunya.


"Kan belum tentu berubah. Itu kan kalau ada perubahan. (Bisa lebih rendah dari sekarang) Ya bisa saja, tapi kalau diliat setengah mati susah memang sebaiknya tidak berpikir untuk menurunkan," sebut Bambang.


"Intinya jadi harga BBM harus mencerminkan keterbatasan dan kelanggakaan sumber daya kita itu. Jadi pemerintah bilang kita subsidi tapi tetap. Bahwa kemudian nanti harga internasional meningkat, ya nanti kita ihat apakah subsidi bisa dengan pada harga tertentu," tutupnya.


(rrd/dnl)