Bangun Pembangkit, CNKO Luncurkan Obligasi Global US$ 1 Miliar

Jakarta - PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) siap menerbitkan obligasi global di semester II-2013 dengan nilai emisi US$ 500 juta sampai US$ 1 miliar. Dananya akan digunakan untuk membangun pembangkit listrik 2x300 MW senilai US$ 1,2 miliar.

Presiden Direktur Exploitasi Energi Henry H. Sitanggang mengatakan, ada dua alasan pihaknya berencana menerbitkan obligasi global, pertama adalah daya serap investor asing yang masih positif terhadap surat utang korporasi dari Indonesia.


Pengurangan stimulus ekonomi (quantitative easing) Amerika Serikat (AS) di kuartal ketiga 2013 dinilai Henry tidak mempengaruhi daya serap investor, khususnya terhadap obligasi yang akan diterbitkan perseroan.


"Pasalnya, obligasi yang kami terbitkan ini untuk pembangunan infrastruktur, yakni pembangkit listrik (power plant). Sedangkan penyerapan investor ke pasar surat utang yang digunakan untuk pembiayaan proyek infrastruktur masih tinggi. Makanya kami optimis daya serap investor pasti masih baik," ujar Henry dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/7/2013).


Alasan kedua terkait barang modal untuk pembangunan pembangkit listrik yang didapatkan dari impor dan menggunakan denominasi dolar AS. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kenaikan inflasi domestik serta naiknya suku bunga acuan perbankan Bank Indonesia (BI rate) tidak jadi alasan obligasi perseroan tidak diterbitkan di pasar domestik.


"Saat ini kami bersama dengan pihak konsultan sedang mengkaji rencana ini. Kami belum bicara mengenai angka (nilai emisinya), jadi sebenarnya nilai emisinya belum pernah kami putuskan," ungkap Henry.


Obligasi global itu sendiri rencananya akan diterbitkan di bursa efek salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dan tidak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sayangnya ia enggan mengatakan secara lebih rinci terkait hal tersebut.


Kabarnya, dana hasil penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 2x300 MW senilai US$ 1,2 miliar yang akan dilakukan secara konsorsium dengan mitra bisnis perseroan asal China, Quadiant.


"Untuk nilai dan kapasitas daya pembangkit listriknya belum dapat kami umumkan sekarang. Yang pasti ini proyek besar dan diharapkan pembangunannya selesai di 2018," kata Henry.


Di kesempatan yang sama, Henry juga mengungkapkan akan menganggarkan dana senilai US$ 260 juta atau Rp 2,5 triliun untuk membangun pembangkit listrik bertenaga uap berkapasitas 2x65 MW di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Saat ini perseroan sedang dalam tahap persiapan perizinan dan diperkirakan pada kuartal ketiga 2016 proyek pembangunannya sudah selesai dan mulai digunakan.


Pembangunan konstruksi proyek tersebut akan mulai dilakukan di kuartal ketiga 2014. Adapun anggaran dana yang dipersiapkan untuk pembangunan proyek ini, 30% berasal dari kas internal dan 70% dari pinjaman perbankan.


"Pembangunan ini dilakukan karena kebutuhan energi listrik nasional yang terus meningkat 20% setiap tahunnya. Jika power plant ini sudah aktif, di akhir 2016 kami akan memiliki kapasitas listrik sebesar 100 MW," jelas Henry.


Dari kebutuhan investasi sebesar US$ 260 juta tersebut, 70% di antaranya akan digunakan untuk pembiayaan komponen elektik dan mekanik (mechanical electrical) di dalam power plant tersebut, sedangkan sisanya 30% untuk tahap konstruksi sipilnya.


"Kami telah mengakusisi lahan di Pangkalan Bun dengan luas mencapai 30 hektare (ha)," tambah dia.


Mengenai sumber pendanaan, Henry menjelaskan, berasal dari pinjaman perbankan luar negeri. Meskipun masih belum menunjuk salah satu bank, bank asing ini berasal dari wilayah regional di Asia Tenggara. Adapun alasan pemilihan pinjaman dari bank asing karena bunga utang yang lebih rendah.


Saat ini CNKO telah memiliki pembangkit listrik dengan kapasitas 2x7 MW di wilayah Pangkalan Bun. Perseroan juga menambah dua PLTU dengan masing-masing kapasitas sebesar 2x7 MW di wilayah Rengat dan Tembilahan, Provinsi Riau.


(ang/dru)