Tapi kebijakan Satu Anak telah memberikan dampak lain selama bertahun-tahun setelah itu. Di antaranya adalah maraknya pemaksaan sterilisasi, aborsi, dan rendahnya populasi perempuan karena orang tua lebih menyukai punya anak lelaki daripada perempuan.
Pada pekan lalu pemerintah China mengindikasikan akan melonggarkan kebijakan Satu Anak itu. Ini ada kaitannya dengan situasi demografi China yang makin didominasi orang tua dan angkatan yang sudah tak produktif di dunia kerja.
Kalau situasi ini bisa berubah, maka dampaknya pada perekonomian China salah satunya adalah menurunnya harga properti. Bagaimana caranya?
Di China, harga properti akhir-akhir ini sangat tinggi sehingga tak banyak orang China yang mampu membeli rumah sendiri. Studi membuktikan bahwa tingginya harga rumah di China terkait dengan ketidakseimbangan gender.
Rasio populasi lelaki dan perempuan adalah 1,15 lelaki usia nikah (15-30 tahun) untuk satu perempuan. Alhasil, urusan berkencan di China menjadi begitu kompetitif di antara lelaki. Perempuan China pun bisa jual mahal.
Kalau di negeri seperti Amerika Serikat melamar cukup dengan cincin, di China lelaki harus punya rumah atau setidaknya punya uang muka yang cukup besar. Dampaknya adalah harga rumah melonjak. Next
(DES/DES)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
