Menurut SBY saat ini ekonomi dunia tengah dilanda krisis dan perlambatan ekonomi. Namun di tengah kepungan krisis tersebut, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh dan terjaga meskipun sedikit tertekan.
"Dunia bergojolak, Alhamdullilah ekonomi kita terkola dan tumbuh. Banyak negara yang tumbuh rendah dan minus," ucap SBY saat acara Kompas100 CEO Forum di JCC Senayan Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Di saat kepungan krisis, daya beli masyarakat masih tetap terjaga. Hal ini menjadi perhatian pemerntah.
Selain itu, sambung SBY, di tengah perlambatan ekonomi dunia daya saing Indonesia justru meningkat. "Fundamental dan daya saing ekonomi kita dari masa ke masa makin kuat. Ini kerja keras kita semua. Contoh ketika diukur global competitivness dari 148 negara peringkat kita meningkat. Sebelumnya peringkat 50 kini ke peringkat 38," jelasnya.
Belajar dari pengalaman Indonesia menghadapi krisis ekonomi tahun 2008 dan 2009, Indonesia terbukti mampu menghadapi dan lolos dari kepungan kondisi ekonomi yang sulit.
"Kita punya pengalaman luar biasa. Krisis 1998, Indonesia jatuh. Setelah itu 2008, 2009 dan tahun ini ekonomi kita alami gejolak dan tekanan. Tahun 2008 dan 2009 kita bisa pertahankan ekonomi Indonesia dari gejolak. Ini (2013) juga bisa kita atasi," jelasnya.
Namun SBY mengingatkan, pemerintah Indonesia tetap mewaspadai recana pengurangan stimulus secara bertahap oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed.
Langkah ini bisa memicu larinya modal dari negara berkembang seperti Indonesia ke Amerika Serikat. Termasuk kondisi ekonomi di 2014 yang masih belum bergairah.
"Bad news. The Fed bisa saja ambil keputusan bulan depan. Tappering off dilakukan. Tiap malam saya ikuti perkembangkan di New York. Keputusan yang punya kuasa dolar," sebutnya.
(feb/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!