Proyek PLTU Molor, Nusa Tenggara Barat Krisis Listrik

Lombok -Kebutuhan listrik Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 238 MW sedangkan konsumsi listrik saat beban puncak (pukul 18.00-22.00) mencapai 260 MW, sehingga terjadi defisit daya sebesar 22 MW. Defisit ini belum bisa dipenuhi oleh pembangkit listrik yang ada karena proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) molor penyelesaiannya.

Berdasarkan keterangan tertulis PT PLN, Selasa (9/12/2014), penambahan kapasitas daya terpasang pembangkit PLN Wilayah NTB memang kalah cepat dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan energi listriknya.


Saat ini PLTU Jeranjang Unit 1 dan 2 yang berkapasitas 2x25 MW tertunda beroperasi tahun ini karena kontraktor kesulitan finansial alias keuangan. Nantinya, bila PLTU Jeranjang Unit 1 dan 2 bisa beroperasi, akan menutupi defisit listrik di wilayah NTB.


Saat ini, PLTU yang sudah beroperasi antara lain adalah PLTU Jeranjang Unit 3 yang terletak di desa Taman Ayu Kabupaten Lombok Barat mempunyai kapasitas 25 MW. PLTU Jeranjang sudah beroperasi sejak Desember 2012 dan membantu sistem kelistrikan di Lombok.


"Permintaan listrik di provinsi ini sangat pesat rata-rata kenaikan per tahunnya di atas pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk untuk

tahun ini yang naik sekitar 9,6 persen," jelas PLN


Pihak PLN Wilayah NTB, secara terus menurus mensosialisasikan meminta kepada setiap pelanggan listrik yang sudah mencapai 926.000 untuk melakukan menghemat daya sebesar 100 watt, pada saat beban puncak pukul 18.00 - 22.00 WITA.


"Upaya masalah defisit daya listrik bisa segera diatasi dengan mempercepat pembangunan sejumlah pembangkit baru," katanya.


PLN berencana mengurangi porsi pembangkit Bahan Bakar Minyak (BBM) yang saat ini masih 80% secara bertahap juga akan dikurangi dengan fokus dalam pengembangan pembangkit hidro dan tenaga surya di NTB.




PLTU Jeranjang 3


PLTU Jeranjang 3


PLTU Jeranjang 3





(hen/hds)