Kemendag: Konsumen di Indonesia Masih Banyak yang Cuek

Jakarta -Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Ditjen SPK) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengajak masyarakat agar menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih produk-produk yang digunakan.

Selama ini masih banyak Indonesia yang cuek atau masa bodoh dalam memilih produk yang dibelinya seperti belum jeli dalam memperhatikan masa kadaluwarsa sebuah produk dan aspek lainnya.


Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Dirjen SPK) Widodo di depan ibu-ibu PKK DKI Jakarta, pelajar pramuka, pelajar SMK program studi boga, konsumen umum dari anak-anak, remaja, hingga mahasiswa yang berjumlah sekitar 100 orang di Gedung RRI, Jakarta, Minggu (15/3/2015).


"Masih banyak hak konsumen Indonesia terabaikan, masih banyak konsumen yang masa bodoh (cuek), jadi harus ada upaya untuk menumbuhkan kesadaran," ujar Widodo di acara seminar Hari Konsumen Nasional 2015 dengan tema Bersama Membangun Gizi Menuju Konsumen Cerdas dan Mandiri.


Ia menjelaskan, 20 April mendatang diperingati sebagai hari konsumen nasional. Pihaknya mendorong agar masyarakat cinta produk dalam negeri dan menggunakan produk dalam negeri. Selain itu, masyarakat juga harus cerdas memilih produk yang dipakainya untuk mendukung percepatan kemakmuran bangsa Indonesia.


"Dunia juga memperingati hari konsumen dunia. Tahun 2015 tema yang diambil adalah healthy diet, manusia di dunia sudah banyak yang kegemukan, ada yang baru umur berapa tapi berat badannya sudah luar biasa," kata Widodo.


Widodo mengatakan, masyarakat Indonesia perlu meningkatkan kesadaran diri sendiri dan lingkungan, seiring sejalan antara konsumen dan pelaku usaha, saling menjaga hak dan kewajiban.


"Jadi tidak hanya sekadar cinta tapi menggunakan produk dalam negeri, produk impor belum tentu baik, ada barang kita yang dikirim ke luar, diolah di sana dan dikirim lagi ke sini, kita lagi yang pakai," katanya.


Widodo menambahkan, penggunaan produk dalam negeri juga dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlangsung awal 2016.


"Ini juga dalam rangka menghadapi MEA. Kita harus memajukan bangsa negara dengan menggunakan produk sendiri, jangan sampai ada orang luar datang ke Indonesia dia jadi tuan rumah, kita jadi pembantu, adik-adik inilah harus jadi pengusaha maju, kita jadi bos, pegawainya orang asing," pungkasnya.


(drk/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com