Kredit Perbankan RI Melambat, Hanya Tumbuh 11,5% di Januari

Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan jika kondisi keuangan lembaga jasa keuangan masih terpantau dalam kondisi baik.

Meski begitu, pertumbuhan kredit perbankan dan piutang pembiayaan per Januari 2015 tercatat masing-masing sebesar 11,55% dan 4,68% yoy, melambat dibandingkan bulan sebelumnya (masing-masing 11,58% dan 5,22% yoy) sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian domestik.


Demikian dikatakan Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Irwan Lubis saat ditemui di Gedung OJK, Jakarta, Kamis (12/3/2015).


Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) perbankan per Januari 2015 tercatat cukup tinggi sebesar 21,01% naik dibandingkan posisi Desember 19,57%. Rentabilitas dan efisiensi perbankan juga tercatat stabil.


"Pada tahun 2015 ini, sejalan dengan membaiknya proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan kredit perbankan dan piutang pembiayaan diperkirakan akan meningkat," ujar dia.


Likuiditas di industri perbankan dan perasuransian terpantau dalam kondisi stabil. Kondisi likuiditas perbankan masih terjaga. Perbankan memiliki alat likuid yang memadai untuk mengantisipasi potensi penarikan Dana Pihak Ketiga (DPK).


Risiko kredit di industri jasa keuangan berada pada level yang relatif rendah. Kualitas kredit perbankan tergolong cukup baik meski mengalami kenaikan tipis, tercermin dari tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Loan) per Januari yaitu sebesar 2,23% gross dan 1,15% net dibanding posisi Desember 2,04% dan 1,01%.


Sementara di sektor pasar modal domestik pada Februari 2015 melanjutkan kecenderungan menguat. Hal ini terlihat dari peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penurunan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN), yang disertai oleh net buy investor non-residen di pasar saham maupun pasar SBN.


Beberapa faktor yang melatarbelakangi penguatan pasar saham dan surat utang domestik di antaranya adalah pengaruh sentimen global antara lain normalisasi The Fed yang belum akan dilaksanakan dalam waktu dekat, kesepakatan bailout Yunani, dan quantitative easing zona Euro, serta membaiknya data ekonomi domestik antara lain data inflasi, neraca perdagangan, dan transaksi berjalan.


"Di dalam negeri, OJK mencermati beberapa perkembangan seperti pergerakan nilai tukar Rupiah dan dampaknya terhadap sektor jasa keuangan, serta kondisi fundamental makro ekonomi domestik. OJK juga memperkuat koordinasi dengan instansi-instansi terkait, termasuk melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK)," pungkasnya.


(drk/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com