Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil berpendapat rendahnya produksi gula dalam negeri disebabkan buruknya varietas bibit tebu dalam negeri.
"Karena rendemen itu dibentuk di batang tebu, rendemen itu kadar gula. Bagaimana rendemen bisa banyak, harus ada varietas unggul, butuh pupuk yang cukup. Persoalannya varietas yang unggul minim," katanya saat berdiskusi 'Seminar Penguatan Industri dan Bisnis Gula di Indonesia Tahun 2015' di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (18/03/2015).
Arum mengatakan saat ini Indonesia hanya mampu memproduksi gula rata-rata sebesar 2,2-2,5 juta ton per tahun. Padahal kebutuhan gula yang dibutuhkan mencapai 4,5 juta ton. Artinya Indonesia setiap tahun masih rutin mengimpor 2-2,3 juta ton.
"Pemerintah kurang memberikan perhatian kepada peneliti untuk menemukan varietas unggul. Kalau saya melihat di produsen gula dunia, peneliti ini menjadi garda ke depan sehingga dihasilkan varietas unggul yang memiliki rendemen tinggi," paparnya.
Masalah lain muncul salah satunya dari sektor pupuk. Saat ini pemerintah tidak lagi memberikan pupuk bersubsidi kepada petani tebu yang memiliki luas areal tanam lebih dari 2 juta hektar. Hal ini yang mengganggu produktivitas tebu petani.
"Kemudian pupuk yang berimbang, apalagi sekarang pupuk bersubsidi ketat. Saat ini dibatasi lebih dari 2 hektar itu wajib menggunakan pupuk non subsidi," katanya.Next
(wij/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com