Pengakuan ABK asal Myanmar Tentang Perbudakan di Benjina

Kepuluan Aru -Kapal-kapal eks asing Thailand yang beroperasi di Benjina, Kepulauan Aru, Maluku, didominasi Warga Negara (WN) Myanmar berpaspor Thailand. Sebagian dari mereka ada yang mau bersuara soal dugaan perbudakan. Namun masih dalam suasana penuh ketakutan.

Tiga orang ABK (Anak Buah Kapal) asal Myanmar yang bisa berbahasa Indonesia kepada detikcom mengatakan, mereka merasa tersiksa saat bekerja. Ketiganya mengaku tidak diberi makan, bahkan tidak digaji selama bekerja.


"Tidak ada gaji. Makan saya minta ke kapal-kapal," terang ABK tersebut yang tak mau disebut namanya di sela-sela inspeksi tim KKP di Benjina, Kamis (2/4/2015).


Ketiga ABK tersebut, tidak bisa berbincang lama karena diawasi pihak perusahaan dari PT Pusaka Benjina Resources (PBR). Yang jelas, mereka menegaskan perlakuan perusahaan terhadap WN Myanmar tidak adil. Berbeda halnya terhadap WN Thailand.


"Teman-teman ada yang dipukul, karena nggak bisa kerja," ceritanya.


Seorang WN Myanmar lainnya yang dilihat detikcom memiliki luka di bagian kaki. Lukanya cukup parah sehingga dia harus berjalan pincang. Saat ditanya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, dia tak mengerti. Lalu ketika ditanya penyebab luka itu, dia hanya menunjukkan tanda seperti memotong sesuatu. Setelah itu, dia diminta pihak perusahaan menjauh dari media.


Pemandangan miris lainnya terlihat di bagian dek kapal. Para ABK itu harus tidur di kotak-kotak kecil seukuran peti jenazah, sehingga tidak bisa bergerak secara leluasa. Next


(mad/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com