Pemerintah Harus Sadar, Merpati Tak Seperti Garuda yang Cari Banyak Untung

Jakarta - Maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) memiliki utang yang menggunung hingga Rp 6 triliun. Apa yang seharusnya pemerintah lakukan terhadap maskapai miliknya ini? Apakah penjualan Merpati merupakan jalan terakhir?

"Merpati tidak boleh dijual ataupun ditutup. Merpati itu penerbangan perintis yang menghubungkan pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terluar di tanah air," kata Anggota Komisi XI DPR, Achsanul Qasasi ketika berbincang dengan detikFinance, Selasa (17/7/2013).


Dijelaskan Achsanul, pemerintah harusnya sadar. Merpati tidak sama dengan Maskapai Garuda Indonesia. "Dimana Garuda mencari keuntungan semata. Tetapi Merpati itu tidak. Maskapai Merpati harus dibantu melalui APBN," jelas Achsanul.


"Merpati harusnya mendapat dana PSO (public service obligation). Dimana Merpati jangan mencari untung tapi bagaimana bermanfaat bagi masyarakat dengan menghubungkan rute-rute yang bukan komersil," papar Achsanul.


Menurutnya, Merpati adalah maskapai yang menjadi jembatan nusantara. Sehingga diperlukan dana APBN setiap tahunnya. "Saya kira semua akan setuju. Bukan dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) tapi dalam bentuk PSO saja yang digelontorkan setiap tahunnya," kata Dia.


Tetapi Achsanul mengingatkan, jika Merpati harus diselamatkan maka manajemen haruslah memiliki business plan yang jelas. "Sehingga kerugian bisa diminimalisir sesui business plan. Mengenai utang, saya kira bisa dibicarakan dimana menjadi beban APBN saja," ungkapnya.


Mengapa utang Merpati begitu menumpuk dan terus menggunung? Apa masalahnya?


Mantan Dirut Merpati Sardjono Jhony Tjitrokusumo mengungkapkan manajemen Merpati tidak melihat permasalahannya secara utuh. Pada dasarnya Merpati pantas dan bisa untuk diselamatkan.


"Manajemen kita waktu itu sedang berprogres, tapi kan saat itu ada yang tak sabar. Nah sekarang terbukti semua jadi lebih sulit, dan diakui lho oleh Kementerian. Yang saya tahu dan diakui oleh direksinya sendiri, sekarang ini utang tak bayar, bunga tak bayar, dan terus nambah," paparnya.


Ia juga mengatakan, perusahaan yang menyewakan pesawat atau lessor juga cemas dan vendor tidak percaya. "Tidak ada yang mau kasih pesawat sama Merpati karena tidak trust. Jadi ya, apapun rencananya, sebaik apapun, tetap tergantung dari siapa yang menjalankannya. Yah mudah-mudahan makin baik. Kasihan Merpatinya serta karyawannya," tutur Sardjono.


(dru/dnl)