Impor Deras, Neraca Pembayaran RI Masih Defisit Rp 25 Triliun

Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih menunjukkan defisit di Triwulan II-2013 meskipun lebih rendah dibandingkan Triwulan I-2013. BI mencatat defisit NPI dari US$ 6,6 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi US$ 2,5 miliar atau Rp 25 triliun pada triwulan II-2013.

Penurunan defisit NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang kembali surplus setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit yang cukup besar. Di sisi lain, sesuai pola musimannya, defisit transaksi berjalan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.


Sejalan dengan NPI yang masih defisit, jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2013 turun menjadi US$ 98,1 miliar. Kendati demikian, jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 5,4 bulan yang berarti tetap berada di atas standar kecukupan internasional.


"Bauran kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia, didukung oleh kebijakan Pemerintah di bidang pembiayaan fiskal, berhasil mengurangi dampak negatif dari memburuknya kondisi ekonomi dan keuangan global terhadap Neraca Pembayaran Indonesia," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo dalam siaran persnya, Minggu (18/8/2013).


Faktor musiman dan harga komoditas ekspor yang masih mengalami penurunan mendorong kenaikan defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan meningkat dari US$ 5,8 miliar (2,6% dari PDB) pada triwulan sebelumnya menjadi US$ 9,8 miliar (4,4% dari PDB) pada triwulan II-2013 akibat menyusutnya surplus neraca perdagangan nonmigas serta melebarnya defisit neraca jasa dan pendapatan.


BI juga mencatat surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut karena impor, khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi, meningkat sehubungan dengan konsumsi domestik pada triwulan II yang secara historis memang selalu lebih tinggi daripada triwulan I.


Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor nonmigas tertahan oleh harga komoditas di pasar internasional yang masih cenderung menurun akibat perekonomian China yang melambat. Defisit neraca jasa melebar akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama musim liburan sekolah.


Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga melebar mengikuti jadwal pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer keuntungan kepada investor asing. Sementara itu, neraca perdagangan migas masih defisit tetapi berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya.


Di tengah gejolak pasar keuangan global, respon kebijakan Bank Indonesia dan strategi pembiayaan fiskal yang diterapkan oleh Pemerintah telah membantu mengembalikan surplus transaksi modal dan finansial. Setelah mengalami defisit sebesar US$ 0,3 miliar pada triwulan sebelumnya, transaksi modal dan finansial kembali mencatat surplus sebesar US$ 8,2 miliar pada triwulan II-2013.


"Perbaikan ini antara lain berasal dari meningkatnya arus masuk investasi langsung asing (PMA) yang mengindikasikan tetap kuatnya keyakinan investor terhadap kondisi fundamental dan prospek ekonomi Indonesia ke depan," tambah Agus.


Agus Marto menambahkan, pada triwulan III-2013, perbaikan kondisi ekonomi dan keuangan global serta perlambatan permintaan domestik diharapkan dapat mendukung upaya pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia.


Sesuai dengan pola musimannya, defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2013 akan jauh lebih rendah daripada triwulan II-2013. Selain itu, ekonomi dunia dan harga komoditas yang diperkirakan membaik akan berdampak positif terhadap kinerja ekspor nonmigas.


(dru/dru)