Jakarta Menyimpan Uang Kuno Zaman Perang dari Masa ke Masa

Jakarta -Jakarta menyimpan ratusan uang kuno zaman perang dari masa ke masa. Uang-uang itu tersusun rapi di Museum Bank Indonesia, di Kawasan Kota Lama Jakarta Pusat.

Jenis uang yang dipamerkan mulai dari zaman Kerajaan Hindu, Kerajaan Islam, VOC, Penjajahan Belanda dan Jepang hingga saat ini. Uang-uang tersebut umumnya terbagi menjadi dua jenis yaitu uang kertas dan uang logam.


Seperti dalam kunjungan detikFinance ke Museum BI, Rabu (27/11/2013), BI memiliki koleksi koin emas Zaman Syailendra berbentuk kecil seperti kotak, di mana koin hanya berukuran 6 x 6/7 mm saja. Mata uangnya dinamakan Masa atau disingkat Ma.


Namun pada zaman Majapahit juga memiliki koin serupa dan dikenal sebagai Gobog Wayang. Bentuknya bulat dengan lubang tengah karena pengaruh dari koin cash dari China, ataupun koin-koin serupa yang berasal dari China atau Jepang. Koin gobog wayang adalah asli buatan lokal,


Setelah redup dan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur (1528) kerajaan islam mulai bermunculan salah satunya Samudera Pasai. Museum BI juga memiliki koleksi uang Dirham berbahan dasar emas yang ada sejak zaman Kerajaan Samudera Pasai.


Tidak hanya itu, BI juga memiliki koleksi uang zaman VOC. Ada yang khas dari uang VOC, pada bagian sebelah muka terdapat lambang VOC dan huruf “N” di atasnya (singkatan dari Nederlansche). Koin-koin ini terbuat dari campuran dua bahan, yaitu perunggu dari leburan meriam-meriam yang telah rusak, yang dicampur dengan timbal.


Pada tahun 1748, VOC memperkenalkan uang kertas dalam bentuk surat berharga. Nilai nominalnya beervariasi antara 1-10000 rijksdaalder. Seejak tahun 1783, VOC mengedarkan uang kertas dengan jaminan perak 100%.


Setelah uang VOC, BI juga memiliki uang bersejarah lainnya seperti golden saat Belanda berkuasa, Real saat Spanyol mampir dan berdagang di Indonesia serta mata uang Sen Jepang. Lalu berturut-turut BI juga mengkoleksi mata uang NICA (Netherlands Indies Civil Adminitration), RIS (Repoeblik Indonesia Serikat), ORI (Oeang Repoeblik Indonesia), ORIDA (Oeang Repoeblik Indonesia-Daerah) hingga berganti nama menjadi Rupiah. Semuanya tersusun rapi di Museum Bank Indonesia.


(wij/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!