Ini Dampaknya Bila Pertemuan WTO di Bali Gagal Capai Kesepakatan

Nusa Dua -Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi yang juga Pemimpin Delegasi Indonesia di ajang Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO) berharap Paket Bali (Bali Package) mencapai kesepakatan.

Apabila perundingan berakhir buntu maka kerugian yang diderita cukup banyak terutama bagi negara miskin atau Least Developed Countries (LDCs).


"Jadi rasanya terlalu besar peluang yang akan hilang jika kita tidak bisa keluar dengan Bali Package," kata Bayu saat ditemui di Bali Nusa Dua Convention center (BNDCC) Nusa Dua Bali, Rabu (4/12/2013).


Bayu menuturkan salah satu catatan penting dalam perkembangan adalah Paket Bali ini berpotensi untuk menambah perdagangan dunia senilai US$ 1,2 triliun. Andaikan Paket Bali disepakati maka kata Bayu, akan ada kesempatan kerja baru sebanyak 21 juta orang dan mayoritas keuntungan ini didapat negara miskin.


"Itu dampak langsung, bukan multiplier effect, 18 juta dari 21 juta kesempatan kerja baru di antaranya akan dinikmati LDCs (negara miskin)," katanya.


Hingga hari kedua pelaksanan WTO di Nusa Dua Bali, Paket Bali belum bisa disepakati salah satunya disebabkan karena sikap India sebagai penggagas proposal G33 bagi negara berkembang tetap menginginkan durasi waktu tak terbatas dari pemberian tambahan subsidi pertanian sebesar 10% menjadi 15%. India juga meminta negara maju menurunkan subsidi pertaniannya.


Pihak negara maju seperti Amerika Serikat melunak atas usulan soal penambahan jumlah subsidi pertanian hingga 15% untuk negara berkembang asalkan durasi waktu pemberian subsidi diberikan hanya dalam waktu 4 tahun.Next


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!