Dolar Sentuh Rp 12.000, Utang RI Makin Menggunung

Jakarta -Dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang mencapai Rp 12.000/US$, anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali melonjak Rp 50 triliun menjadi Rp 250 triliun. Secara tidak langsung hal ini akan menambah utang negara.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menuturkan penambahan utang itu terpaksa dilakukan. Apalagi mengingat penerimaan negara dari sektor pajak juga tidak mencapai target.


"Ya bagaimana lagi, kita terpaksa menambah utang terus. Karena mau dapat dari mana uangnya?," ujar Sofjan di Gedung Permata, Kuningan, Jakarta, Kamis (19/12/2013)


November 2013, utang pemerintah Indonesia mencapai Rp 2.354,54 triliun. Jumlah utang ini naik naik Rp 77,6 triliun dibandingkan dengan posisi Oktober 2013 yang sebesar Rp 2,276,98 triliun.


Dalam jangka panjang, menurut Sofjan beberapa pihak juga akan sulit untuk meminjamkan dananya ke Indonesia. Karena pinjamannya akan hanya habis untuk pembayaran subsidi BBM.


"Kalau begini terus ceritanya nggak ada lagi orang mau pinjamin kita uang. Karena habisnya itu buat bayar subsidi. Mana mau orang," sebutnya.


Padahal seharusnya utang itu ditujukan untuk hal-hal yang bersifat produktif. Seperti pembangunan infrstruktur listrik, jalan, jembatan dan yang lainnya.


"Harusnya itu uang dipakai untuk bangun jembatan, jalan, bandara. Itu lebih bagus," ujar Sofjan.


Sebelumnya Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan akibat pelemahan rupiah, defisit anggaran tahun 2013 melebihi asumsi. Pada APBN Perubahan 2013, defisit dipatok sebesar 2,38%. Sementara pada realisasinya diperkirakan mencapai 2,41%.


"Setiap pelemahan Rp 1000, netnya akan ada defisit sebesar Rp 5 triliun," kata Chatib.


(mkl/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!