Pasca Musibah Tsunami, Fauziah Bangkit dan Raup Rp 20 Juta per Bulan

Banda Aceh -Fauziah berdiri tepat di depan sebuah meja besar ditutupi terpal biru. Meja ukuran 1X5 meter itu disulap menjadi tempat penjemuran ikan. Kedua tangan Fauziah sibuk membolak-balik ikan yang baru saja dijemurnya. Sesekali, ia membetulkan letak ikan agar tidak menumpuk.

Siang itu, Fauziah ditemani oleh seorang temannya. Setelah mengambil ikan di dalam freezer (tempat pembekuan) keduanya kemudian menjemur ikan-ikan tersebut tak jauh dari rumah. Ikan tongkol ukuran besar itu terlebih dahulu dipotong-potong sebelum akhirnya dijemur. Fauziah tidak bisa beranjak dari meja itu. Ikan-ikan yang dijemur itu harus dijaganya agar jangan sampai dimakan kucing.


Usai dijemur, ikan itu selanjutnya disesuwir. Itulah pekerjaan yang digeluti Fauziah Basyariah, warga Lampulo, Banda Aceh, saban hari. Ia mengolah ikan tongkol yang dibeli dari nelayan menjadi eungkot keumamah (ikan kayu). Pekerjaan itu mulai digelutinya sejak dua tahun pascatsunami menerjang Aceh sembilan tahun silam.


“Mulai sejak akhir 2006. Kami dapat pelatihan pengolahan ikan saat masih tinggal dibarak,” kata Fauziah saat ditemui detikFinance di kediamannya, Jumat (20/12/2013).


Ikan kayu olahan Fauziah tampil beda dibandingkan ikan kayu lain yang sudah duluan beredar di pasaran. Sebelum tsunami menerjang, ikan kayu masih berbentuk batangan. Namun, Fauziah mengubahnya dengan mensesuwirnya. Alasannya, agar pembeli bisa langsung memasaknya setelah mencampur dengan bumbu. Bumbunya pun juga disediakan Fauziah.


Fauziah menamai ikan kayu itu dengan “Ikan Kayu Cap Kapal Tsunami”. Nama itu mengandung sejuta makna bagi ibu lima anak ini. Betapa tidak, saat gempa disertai gelombang tsunami memporak-porandakan Aceh 2004 silam, ia bersama kelima anaknya sedang berada di dalam rumah. Kala air laut naik, ia lari ke rumah tetangga yang berjarak sekitar 10 meter. Rumah itu mempunyai dua lantai.


Fauziah naik ke lantai dua bersama puluhan warga lainnya. Tak lama berselang, air sudah mencapai lantai dua. Sekonyong-konyong, ia melihat sebuah boat nelayan sudah berlabuh di atap rumah. Tak menunggu lama, ia bersama warga membongkar atap rumah untuk naik ke dalam boat. Akhirnya ia bersama anaknya selamat setelah menaiki boat itu. Sementara suaminya meninggal dunia.Next


(dru/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!