Dolar Tembus Rp 12.000, Wamendag: Itu Pernah Terjadi April 2001 dan Maret 2009

Jakarta -Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengatakan kondisi dolar saat ini tembus Rp 12.000 pernah terjadi beberapa tahun lalu. Namun kondisi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dari periode-periode sebelumnya.

"Kurs kita sekarang itu Rp 12.000/US$, dulu juga pernah mengalami itu sebelumnya pada bulan April 2001 dan Maret 2009 dan sekarang Desember 2013," ungkap Bayu saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan Jalan Ridwan Rais Jakarta, Jumat (20/12/2013).


Menurut Bayu, berbeda dengan 2 periode sebelumnya, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini tidak akan banyak berdampak besar kepada perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah karena volume perdagangan Indonesia sekarang jauh lebih besar.


"Kalau kita bandingkan kondisi makro dan neraca kita, maka tentu kita lihat ekonomi makro kita jauh lebih baik dari 2 periode itu dan jumlah volume perdagangan kita jauh lebih besar," imbuhnya.


Bayu memperkirakan nilai tukar rupiah tetap tidak akan beranjak atau tak akan menguat terlalu jauh dari Rp 12.000/US$. Yang menjadi masalah dari pelemahan nilai tukar ini adalah kepada komoditas impor yang menjadi pemicu dari inflasi, karena harga barang-barang impor akan naik.


Untuk itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan tidak akan tinggal diam dan melakukan segala macam cara untuk meminimalisir dampak yang terlalu besar.


"Tapering off akan berlaku per 1 Januari 2014, Alhamdulillah pasar bereaksi biasa-biasa saja, tetapi kita harus mengantisipasi kondisi paling tidak di semester I-2014. Dampak langsung ini adalah mulai dikuranginya Quantitative Easing Amerika adalah kurs kita kemungkinan belum akan menguat dalam beberapa waktu ke depan saat ini ada dikisaran Rp 12.000. Kondisi tersebut tidak akan berubah terlalu banyak dalam waktu ke depan," tuturnya.


Meskipun ia mengakui kondisi kurs rupiah tentunya berpengaruh terhadap ekspor dan impor Indonesia dan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi di dalam negeri. Namun dilihat dari pengalaman historis, Bayu menganggap ekonomi Indonesia cukup bisa diandalkan dan membangun percaya diri kondisinya akan tidak buruk.


"Dampak dari itu tidak akan berdampak buruk terhadap kondisi neraca dan perdagangan kita," ujarnya.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!