Penjualan Lesu, Electrolux Rugi Rp 1,8 Triliun

Stockholm -Produsen alat rumah tangga asal Swedia, Electrolux, menderita rugi cukup besar di triwulan IV-2013 yaitu mencapai 987 juta kronor (US$ 151 juta atau Rp 1,8 triliun). Rugi ini terjadi gara-gara penjualan di pasar Eropa yang lesu.

Rugi ini jauh lebih besar dibandingkan prediksi analis yang memperkirakan Electrolux hanya akan menderita rugi 621 juta kronor (Rp 1,15 triliun). Padahal satu tahun sebelumnya Electrolux mencatat laba sebesar 242 juta kronor (Rp 451 miliar).


Ini pertama kalinya Electrolux menderita kerugian sejak 2009. Omzetnya juga turun tipis satu persen menjadi 28,89 miliar pada periode Oktober-Desember 2013. Perusahaan juga sudah menggelontorkan dana 1,5 miliar kronor untuk restrukturisasi.


Oktober lalu, Electrolux mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) 2.000 karyawan seiring dengan penutupan pabrik di Australia dan Eropa.


Sepanjang 2013, total laba Electrolux mencapai 672 juta kronor jatuh 72% dibandingkan posisi tahun 2012. Sedangkan omzetnya menipis satu persen menjadi 109,15 miliar kronor.


"Lesunya pasar Eropa serta gejolak nilai tukar mata uang memberikan imbas yang tidak terduga," kata CEO Electrolux Keith McLoughlin dalam keterangan tertulis yang dikutip AFP, Sabtu (1/2/2014).


Menguatnya mata uang Swedia itu memberi imbas buruk kepada laporan keuangan Electrolux yang dicatat dalam dolar AS. Electrolux menderita rugi selisih kurs senilai 442 juta kronor.


Memasuki tahun 2014 ini, perusahaan yang bermarkas di Stockholm ini memprediksi kinerjanya akan positif meski dengan pertumbuhan yang tipis. Perusahaan akan membidik pasar Amerika Utara dan Asia Pasifik.


(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!