Beras Lokal Lebih Mahal Dari Impor, Makanya Ada Beras Ilegal

Jakarta -Harga beras produksi petani Indonesia dinilai kurang kompetitif. Beras lokal Indonesia lebih mahal daripada beras yang dihasilkan di luar negeri atau beras impor.

Mahalnya beras produksi Indonesia dipicu oleh berbagai faktor seperti persoalan infrastruktur pertanian, mahalnya biaya produksi, keterbatasan lahan hingga sistem pertanian tradisional yang masih diterapkan. Hal ini yang memicu kurang kompetitifnya produk beras RI.


"Beras lokal kita terbukti lebih mahal. Ini karena ongkos mahal, masalah infrastruktur pertanian. Perencanaan sektor pertaniaan belum terjadi, kelamahan lintas sektor sehingga dimanfaatkan untuk impor," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo pada diskusi di Warung Daun Jakarta, Sabtu (1/2/2014).


Persoalan pertanian khususnya sektor beras ini harus segera diselesaikan. Diperlukan pendekatan antar institusi dalam tata kelola sektor perberasan nasional.


"Pembangunan sektor pertanian itu harus teritegrasi, harus kerjasama. Kalau kerjasama nggak ada kordinasi itu sulit untuk swasembada. Apalagi kita menghadapi kondisi lahan terbatas, kesuburan nggak bagus, jumlah tenaga pertanian yang sulit, kita jadinya sulit kompetisi," sebutnya.


Selain itu, di dalam negeri ada pihak-pihak yang memiliki kemampuan permodalan. Mereka terlibat dalam permainan nakal di distribusi beras. Alhasil praktek kartel mampu mengendalikan harga beras. Menurutnya harus ada batasan untuk harga atas dan bawah dalam tata niaga beras. Hal ini bisa mencegah praktek kartel.


"Supaya persoalan kartel nggak masuk maka harus ada harga eceren tertinggi dan terendah. Kartel bisa kendalikan. Dengan harga eceran tertinggi. Siapaun yang main akan bermain di range itu kalau di luar itu akan kena pinalti," sebutnya.


(feb/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!