Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menggulirkan wacana merger dua bank BUMN tersebut. Isu merger dua bank pelat merah itu sempat bergulir, namun meredam setelah ada penolakan langsung dari Gatot.
"Saya mulai kesal itu waktu dibilang merger ini nggak jadi gara-gara direkturnya nggak mau diganti. Saya marah, terus terang saya marah, saya diam. Sakitnya di sini," ujar Gatot di Jakarta, Rabu (18/2/2015), sembari menunjukkan telunjuknya di dada.
Gatot mengaku, soal wacana merger ini dirinya pernah diajak ngobrol langsung dengan pemerintah melalui Deputi Kementerian BUMN. Hal ini terkait tanggapan BNI soal merger ini apakah setuju atau tidak.
"Bicara informal pernah, ngobrol-ngobrol dengan deputi BUMN, dia tanya kalau dimerger bagaimana? Terus saya jawab, saya bukan masalah jabatan, tujuannya apa? Ini bukan masalah gampang, saya pernah pengalaman soal merger, dia jawab tujuannya agar ada bank besar. Terus saya tanya lagi kalau sudah besar, mau apa?" ucap Gatot.
Gatot mengatakan, tanpa ada alasan dan tujuan yang tepat, pihaknya tetap pada pendirian untuk menolak merger ini.
"Saya bilang, Pak, karyawan saya kan bukan buruh, kalau mereka tanya, saya jawabnya apa kalau tujuannya nggak jelas, saya susah jawabnya, mau gede-gedean aset?" katanya.
Sejak obrolan itu, Gatot mengatakan, isu merger pun meredam. Isu merger kembali muncul ketika Menkeu Bambang Brodjonegoro ngobrol santai dengan Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin di Pasar Santa, Blok M, Jakarta Selatan, awal Februari 2015. Ini pun mengundang reaksi Gatot.
"Sudah nih mereda. Eh mulai ngoceh lagi, si pemiliknya ngomong, wah harus bereaksi ini saya. Ini bukan hanya sekadar ekspektasi pasar. Ruang kita itu pendek, ngapain bicara yang lain, infrastruktur saja mari dibenahi," tukasnya.
(drk/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
