Hal tersebut diungkapkan Wakil Presiden JK, dalam sambutannya di acara Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), di Kantor Pusat PLN, Kamis (12/3/2015).
"Saat ini semua orang butuh listrik, setiap hari yang dicek dulu bukan dompetnya, tapi ponselnya. Nah ponsel itu nyala kalau di-cas baterainya, tidak bisa ngecas kalau tidak ada listrik. Bayangin 200 juta ponsel setiap hari untuk isi baterai, berapa banyak listrik yang dibutuhkan," kata JK.
Menurutnya, listrik adalah infrastruktur paling penting dibandingkan infrastruktur jalan, dan telekomunikasi. Bila jalan rusak, masih ada alternatif transportasi lainnya misalkan kapal atau pesawat terbang. Begitu juga untuk telekomunikasi, kalau tidak ada listrik, ponsel juga tidak bisa berfungsi sehingga tidak bisa digunakan untuk komunikasi.
"Makanya listrik itu sangat penting. Sekarang semua hotel pakai AC (air conditioner), semua rumah pakai kulkas, makin tinggi kebutuhannya. Ekonomi kita makin tumbuh listrik yang harus disediakan makin banyak," ucap JK.
Menurut JK, bila ekonomi Indonesia yang tumbuh rata-rata 6% per tahun, kapasitas listrik yang harus ditambah sebanyak 15% setiap tahun. Kurang dari itu Indonesia bisa krisis listrik.
"Sekarang kita hampir masuk krisis listrik, karena ekonomi kita tumbuh 6%, tambahan kapasitas listrik di bawah 15%. Syarat negara maju itu listriknya harus cukup. Makanya kita mau bangun listrik sebanyak mungkin, 35.000 MW per lima tahun, bahkan dalam 10 tahun ke depan kita tidak akan henti-hentinya membangun pembangkit listrik. Kalau mau maju listrik harus ada," tutup JK.
(rrd/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
