Ketimbang Dalam Negeri, Ahli Minyak RI Pilih Kerja di Qatar Hingga Malaysia

Jakarta - Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini menyatakan ahli minyak Indonesia lebih memilih untuk bekerja di perusahaan Qatar, Norwegia, dan Malaysia dibandingkan dalam negeri. Meskipun industri migas dalam negeri membutuhkan banyak ahli untuk level penting, seperti sekelas supervisor.

"Kita terus mengetatkan diri agar level tertentu diisi oleh orang Indonesia. Nah yang jadi masalah sekarang resources cadangan dari manusia itu semakin berkurang. karena mereka banyak yang berkerja di luar negeri seperti Qatar, Norwegia, Malaysia dan yang lainnya," ungkap Rudi di kantornya, Gedung Wisma Mulia, Jakarta, Jumat (5/7/2013).


Akan tetapi, sejauh ini menurut Rudi sudah ada perbaikan penggunaan orang Indonesia pada industri migas. Tercatat pada tahun ini ada penambahan 2.062 orang, sehingga menjadi 27.544 orang.


"TKI itu bertambah sampai 27.544 yang bekerja di industri migas, nah itu adalah pegawai asli dan ada juga yang kontraktor. Jadi berapa ribu ada 100 ribu orang," sebutnya.


Salah satu pemicu penambahan pekerja tersebut, juga seiring dengan bertambahanya Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi.


"Terjadi peningkatan penggunaan jumlah tenaga kerja Indonesia sejak tahun 2006 sejalan dengan semakin banyaknya jumlah KKKS yang beroperasi. Kenaikan rata-rata 1.070 pekerja per tahun," ungkap Rudi.

Untuk mengatasi kurangnya tenaga ahli di sektor migas ini, Rudi mengatakan, pihaknya mempersiapkan program National Capacity Building (NCB) tahun depan. Program ini adalah salah satu cara menjaga aset sumber daya manusia (SDM) sektor migas agar ketika menjadi ahli, tidak lari ke luar negeri.


"Jadi masalah SDM ini penting, sekarang sedang disiapkan National Capacity Building," kata Rudi.


Rudi menyatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan para perusahaan migas. Baik dari segi pembiayaan maupun proses pembinaan serta pelatihan. Usai masa itu dilakukan maka akan dikembalikan ke Indonesia untuk bekerja di industri migas dalam negeri.


"Tugasnya adalah merekrut pemuda pemuda Indonesia dibiayain konsosium oleh KKKS (perusahaan migas), nanti kalau sudah lulus mau kerja di KKKS atau kerja di mana terserah yang penting kita mengakselerasi ahli ahli di bidang itu," jelasnya.


"Mudah mudahan bisa berjalan mulai tahun depan. Ada 200 orang akan dididik," ucap Rudi.


(dru/dru)