Perusahaan Top 500 China Minat Investasi di Indonesia

Jakarta - Saat ini perusahaan-perusahaan besar peringkat atas di China menyatakan ketertarikannya berinvestasi di Indonesia. Pemerintah siap memfasilitasi dan mempermudah perizinan yang selama ini berbelit-belit.

Minat perusahaan-perusahaan besar China ini terungkap saat KBRI Beijing menyelenggarakan dialog terbuka soal bisnis dan investasi di Indonesia dengan China Top 500 Foreign Trade Enterprises Club (Club Top 500).


Dialog dipimpin oleh Duta Besar RI untuk RRT dan Mongolia Imron Cotan dan menghadirkan nara sumber Deputi Promosi Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Himawan Hariyoga, serta dihadiri 40 pengusaha terkemuka RRT yang tergabung dalam Club Top 500.


Menurut Imron, sejak ditandatanganinya Perjanjian Kemitraan Strategis RI-RRT pada tahun 2005, hubungan bilateral Indonesia dan China terus meningkat pesat.

Hal ini tampak dari meningkatnya volume perdagangan kedua negara yang mencapai US$ 66,6 miliar di 2012. Suatu angka yang semakin mendekati target sebesar US$ 80 miliar pada tahun 2015.

Selain itu, di bidang investasi terjadi peningkatan pesar dalam 5 tahun terakhir, di mana akumulasi investasi RRT di Indonesia hingga tahun 2012 sudah mencapai US$ 2,12 miliar.


Dikutip dari siaran pers KBRI Beijing, Jumat (5/7/2013), Imron menyambut baik minat para pengusaha Tiongkok mengembangkan usaha dan menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan kapasitas RRT sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan cadangan devisa sebesar US$ 3,5 triliun, maka realisasi investasi RRT di Indonesia dapat lebih ditingkatkan hingga mencapai US$ 2 miliar per tahun.


Banyak alasan yang kuat bagi pengusaha RRT untuk menanamkan modalnya di indonesia, antara lain, di tengah masih lesunya perekonomian dunia, Indonesia merupakan salah satu dari 15 best performing countries in the world; pertumbuhan ekonomi yang stabil dan diperkirakan tumbuh sebesar 6-6,5 persen pada tahun ini; dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia, sekitar 100 juta adalah kelas menengah yang merupakan pasar potensial; dan adanya pemerintahan yang stabil.

Untuk itu diharapkan para pengusaha RRT yang hadir dalam pertemuan ini dapat melakukan kunjungan ke Indonesia guna melihat langsung berbagai peluang usaha dan investasi yang ditawarkan.


Sementara itu Deputi Promosi Investasi BKPM Himawan Hariyoga menyambut baik pertemuan dengan para pengusaha terkemuka RRT yang tergabung dalam Club Top 500 yang nilai usahanya memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi RRT. Untuk itu ia mengundang kehadiran para pengusaha RRT untuk berinvestasi di Indonesia, antara lain melalui kerangka Public-Private Partnership (PPP) dan menggarap proyek-proyek Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).


Ditambahkan Himawan, terdapat 5 bidang usaha di Indonesia yang dapat dikerjakan para investor Tiongkok, yaitu industri manufaktur, industri pengolahan hasil pertanian dan pertambangan; infrastruktur dan konstruksi; dan energi baru dan terbarukan.

Dan guna membantu investasi, telah disiapkan serangkaian paket stimulus ekonomi, membuka kawasan ekonomi khusus, memberikan kepastian hukum, memberikan kemudahan proses perijinan dan memberikan insentif perpajakan yang menarik.


Himawan menyatakan kesiapannya mendukung upaya para pengusaha Tiongkok berinvestasi di Indonesia. Guna menghindarkan proses perizinan yang berbelit-belit akibat adanya otonomi daerah, terutama dengan pengadaan lahan yang clear dan clean, para pengusaha dan calon investor RRT disarankan untuk menghubungi langsung BKPM.


Club Top 500 dibentuk oleh para pengusaha, ahli ekonomis dan keuangan, diplomat dan politisi RRT yang memiliki pengaruh dalam perdagangan dan investasi luar negeri. Saat ini Club Top 500 beranggotakan sekitar 1.000 anggota, dengan pendapatan 53% dari perdagangan luar negeri dan menjadi pilar penting dalam pembangunan ekonomi RRT.


Melalui Club Top 500 para pengusaha terkemuka RRT membangun strategi global yang kuat, dan membantu pengusaha-pengusaa Tiongkok untuk dapat bersaing di dunia internasional.


(dnl/hen)