Bisnis Menjanjikan, Meski Citra Terancam

Jakarta - Ratusan pistol dan puluhan senjata laras panjang diperlihatkan kepada wartawan di markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Jakarta, pada Kamis lalu. Senjata-senjata 'mainan' airsoft gun itu adalah hasil operasi penyitaan polisi di Jakarta Pusat dan Depok.

Tak hanya senjata serta amunisi berupa peluru-peluru karetnya, polisi juga 'memajang' para penjual airsoft gun itu. Mereka dituduh berjualan tanpa izin dan senjata-senjatanya juga ilegal. Total ada lima orang yang diboyong ke markas polisi.


Peristiwa seperti itulah yang selalu membikin khawatir Harry Wijaya, seorang penjual airsoft gun di bilangan Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Selain ada saja senjata yang dipasok secara ilegal, senjata airsoft juga dimanfaatkan untuk melakukan tindakan kriminal.




“Beberapa kali kita mendengar ada kasus ancaman, penodongan, perampokan, dan sebagainya menggunakan airsoft gun karena memang sangat mirip dengan senjata asli. Tindakan seperti ini tentu merusak citra airsoft,” kata Harry.


Padahal, selain jadi hobi sebagian orang, airsoft gun juga lahan bisnis, yang membuat dapur orang-orang seperti Harry, mengebul. Peluang bisnis muncul setelah makin banyak orang Indonesia yang gemar perang-perangan dengan senjata mainan itu. Hobi ini tercatat masuk Indonesia sejak 1990-an.


Harry adalah salah satu pehobinya. “Sejak dulu saya memang hobi segala sesuatu yang berbau militer dan perlengkapannya,” ujarnya.


Tapi sejak 2008, dia memutuskan jadi pedagang airsoft gun juga. Dimulai dari bisnis online, kini Harry sudah memiliki toko bernama Garuda Airsoft di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.


Berbagai macam perlengkapan airsoft gun dijual di Garuda Airsoft. Mulai dari berbagai jenis senapan, pelindung tubuh, topi, sampai pelontar gas. Perlengkapan di Garuda Airsoft kebanyakan diimpor dari China, Hong Kong, dan Taiwan meskipun ada juga yang hasil karya sendiri.


Harganya bervariasi. “Kalau yang paling murah ratusan ribulah. Paling mahal bisa sekitar Rp 5 juta,” kata Harry, seraya menambahkan bahwa saban bulan omzetnya bisa mencapai Rp 10-20 juta.


Pelanggan Harry tak lain anggota komunitas pehobi airsoft gun yang bertebaran. Tapi, ada juga pehobi pemula yang sekadar ingin coba-coba.


Harry amat optimistik dengan bisnis berjualan perlengkapan airsoft gun, meski citranya terancam oleh berbagai tindakan kriminalitas. Pehobinya, kata dia, semakin banyak. Apalagi kalau suatu hari nanti airsoft gun bisa menjadi cabang olahraga. Itu harapannya.


(DES/DES)