Gita: Tak Ada Alasan Lulusan Politeknik dan SMK Tak Bisa Buat Ponsel

Jakarta - Pemerintah berupaya untuk menekan impor alat elektronika khususnya telepon seluler (ponsel). Salah satunya adalah dengan mendorong industrialisasi dalam negeri.

Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan meyakini banyak ahli-ahli teknologi di Indonesia yang mampu membuat ponsel. Menurut Gita, potensi tersebut harus didorong agar Indonesia tak bergantung dengan ponsel impor.


"Tidak ada alasan anak-anak di Indonesia, lulusan politeknik, SMK, yang tidak bisa membuat handphone di Indonesia. Semangatnya itu. Mudah-mudahan ini juga tersirat di masyarakat luas," jelas Gita saat ditemui usai acara Halal Bi Halal di kantor Kementerian Perdagangan, Jalan M Ridwan Rais, Jakarta Pusat, Selasa (13/82013)


Hal tersebut dikatakan Gita merespons banyaknya ponsel ilegal yang dijual di Indonesia. Ponsel tersebut tidak menggunakan Bahasa Indonesia dalam buku panduan dan kartu garansinya. Menurutnya, merupakan hal yang wajib untuk sebuah produk yang dijual di Indonesia kartu garansi dan buku panduannya berbahasa Indonesia.


"Label kartu garansi harus dalam Bahasa Indonesia, ini bukan untuk produk elektronika seperti handphone saja. Produk apapun yang dijual di Indonesia jangan dalam bahasa asing, harus dalam Bahasa Indonesia," katanya.


Gita memberi contoh, beberapa waktu lalu dirinya mendapati banyak produk ponsel ilegal yang dijual di pusat perbelanjaan Roxy.


"Kemarin kita juga sudah ke roxy, ada. Produk handphone yang dibuat di luar negeri, menggunakan kartu garansi dalam bahasa asing yang secara spesifik menyatakan hanya boleh dijual di negara luar bukan di Indonesia, itu pelanggaran," jelasnya.


Seperti tertuang dalam Permendag No 82, impor barang elektronika seperti telepon seluler diperketat. Tujuannya, Gita menyebut untuk mendorong industrialisasi di dalam negeri.


"Ini semangatnya industrialisasinya, orang Indonesia jangan impor handphone," katanya.


(zul/hen)