Ini Curhatan Pengusaha Tekstil Soal Seringnya Cuti Bersama

Jakarta - Keluhan seringnya jadwal cuti bersama juga dilontarkan oleh kalangan pengusaha tektil. Akibat cuti bersama, produksi dan proses pengiriman pesanan produk tektil terganggu. Sedangkan pembeli tidak peduli ada cuti bersama atau tidak.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, akibat penerapan cuti bersama, pengusaha tekstil harus mengeluarkan dana tambahan untuk membayar pekerjanya yang lembur di saat cuti bersama.


"Hitung saja upah lembur yang seharusnya cuti kita pekerjakan," ucap Ade kepada detikFinance Sabtu (12/10/2013).


"Daya produktivitasnya berkurang, karena setiap tahunnya jam kerja hilang. Begitu juga pelayanan publik, nggak ada seolah-olah republik ini PNS semua," jelasnya.


Untuk proses pengiriman ke luar negeri atau ekspor, hingga perizinan, pengusaha tekstil juga merasa terganggu. Layanan pemerintahan ditutup saat cuti bersama. Padahal layanan pemerintah terus diperlukan, sehingga proses ekspor tidak berhenti.

Sebab, lanjut Ade, pihak pemesan barang di luar negeri tidak peduli kalau di Indonesia ada cuti bersama.


"Kita kan bukan hanya di Indonesia saja. Kita harus berhubungan dunia luar. Dunia luar nggak tahu kita bersenang-senang. Mereka mau tahu barangnya cepat selesai," sebutnya.


Ia pun meminta jadwal cuti bersama ini dihentikan karena menurunkan daya saing dan produktivitas produk-produk Indonesia di dunia internasional.Next


(feb/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!