Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menyesalkan banyaknya barang impor yang masuknya ke dalam negeri. Terutama barang-barang yang tidak penting yang harusnya bisa diproduksi di tanah air.
"Kalau kita impor payung itu memang juga tidak dimengerti," ungkap Mirza dalam paparannya pada seminar nasional surat utang yang diadakan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (25/11/2013)
Pada kesempatan itu, Mirza menyatakan dirinya maklum bila Indonesia melakukan impor daging sapi demi kestabilan harga, karena itu terkait dengan kestabilan harga pangan dalam jangan pendek. Sementara untuk jangka panjang, kondisi ini tidak boleh terjadi lagi.
"Kalau daging diimpor ya mungkin bolehlah untuk kebutuhan dan kestabilan harga. Tapi kalau payung, buat apa?" jelasnya.
Impor lainnya yang perlu juga harus diperbaiki adalah impor minyak dan gas bumi (migas). Secara sektoral, migas adalah impor terbesar yang dilakukan. Mirza menyarankan agar deviersifikasi energi harus dilakukan dari sekarang.
"Impor migas itu tinggi. Jadi harus ada diversifikasi. Diganti sumber energi dari minyak ke yang lebih efisien," terangnya.
(mkl/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
