First Asia Capital: IHSG Dibayangi Nilai Tukar Rupiah

Jakarta -Minimnya insentif positif dan kondisi rupiah yang terus melemah atas dolar AS membuat tekanan terus terjadi di pasar saham. IHSG kemarin kembali ditutup di teritori negatif, terkoreksi 99,542 poin (2,3%) di 4235,261. Tekanan jual melanda seluruh saham sektoral terutama saham-saham blue-chips. Nilai transaksi di Pasar Reguler kemarin meningkat mencapai Rp.7,3 triliun dibandingkan rata-rata harian sepekan terakhir yang tidak sampai Rp.4 triliun. Ini mencerminkan pelaku pasar cenderung mengurangi portofolio sahamnya seiring meningkatnya resiko perekonomian domestik.

Kondisi pasar saham Indonesia tersebut berseberangan dengan tren bullish yang terjadi di sejumlah bursa saham utama dunia terutama di Wall Street. Tadi malam Wall Street kembali melanjutkan penguatannya. Indeks Nasdaq naik 0,58% ke 4017,75 level tertinggi baru dalam 13 tahun terakhir. Indeks S&P dan DJIA relatif flat masing-masing ditutup di 1802,75 dan 16072,80. Data perumahan AS yang keluar menjadi faktor positif pasar tadi malam. Namun aksi ambil untung menjelang akhir pedagangan membuat indeks DJIA dan S&P hanya menguat tipis tidak sampai 0,1% setelah sempat menguat 0,3%. Pelaku pasar melakukan rebalancing portofolionya mengantisipasi pembobotan ulang indeks MSCI.


Pada perdagangan hari ini, pergerakan IHSG masih dibayangi dengan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. IHSG akan cenderung melemah apabila rupiah tidak mampu menjaga stabilitasnya. Rupiah yang terus melemah akan berdampak buruk bagi stabilitas perekonomian domestik. IHSG diperkirakan akan bergerak bervariasi dengan support di 4200 dan resisten di 4300.


(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!