"Kalau mau lihat normal itu adalah dunia tanpa quantitative easing (QE). Mau tidak mau yield dari SUN kita juga mengalami peningkatan. Rupiah sebelumnya itu ada pada kisaran sekarang yaitu Rp 12.000/US$. Jadi mungkin pola seperti ini yang akan terjadi," ungkap Menteri Keuangan Chatib Basri saat rapat kerja dengan Komisi XI di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senayan, Jakarta, Rabu (18/12/2013).
QE merupakan bentuk kebijakan yang diluncurkan oleh AS untuk lepas dari masa krisis 2008. Kebijakan yang tidak biasa ini membuat negara berkembang, seperti Indonesia perekonomiannya tumbuh cukup signifikan. Ini berlangsung hingga saat ini.
"Saat ini dunia termasuk Indonesia akan masuk dalam situasi tanpa QE. Seperti tahun 2009. Dari 2009 sampai sekarang itu dunia di dorong oleh QE," sebutnya.
Akan tetapi, Chatib melihat depresiasi terhadap nilai tukar sudah mulai menurun. Gejolak pasar sudah hampir tidak terasa dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Di mana fluktuasi nilai tukar tampak tinggi.
"Saya melihat rupiah di 12.105/US$. Tapi spotnya sudah di bawah NDF. Rupiah cepat atau lambat setelah pressure itu ekspektasi atas depresiasinya mengalami penurunan," ujarnya
Saat ini pelemahan nilai tukar lebih disebabkan oleh kewajiban pembayaran beberapa perusahaan. Terutama atas barang yang sudah diimpor.
"Ada pembayaran utang oleh korporasi yang membutuhkan banyak dolar. Tercatat ada US$ 6,9 miliar pembayaran yang harus dilakukan," terangnya.
Rapat dengan anggota dewan ini adalah untuk membahas kondisi perekonomian pada tahun 2013. Kemudian juga akan dibahas beberapa permasalahan yang akan dihadapi pada tahun depan.
(mkl/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
