Penyebab Subsidi BBM Tinggi: 10 Tahun Otomotif Terjual 66,3 Juta Unit, Naik 319%

Jakarta -Neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia saat ini defisit, karena tingginya impor minyak dan BBM. Ketergantungan BBM tinggi karena besarnya pertumbuhan kendaraan bermotor.

Pada Januari-Oktober 2013, defisit neraca perdagangan migas telah mencapai US$ 22,5 miliar atau melonjak 21% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara neraca perdagangan non migas surplus US$ 4,2 miliar.


Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan, pemerintah seharusnya memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM). Meskipun transaksi berjalan tetap defisit, tapi setidaknya tidak membengkak terlalu besar.


"Kami memproyeksikan defisit itu dipengaruhi oleh volume penjualan kendaraan per bulan, harga minyak mentah Indonesia (ICP/Indonesia Crude Price), dan harga bahan bakar premium. Dengan asumsi harga BBM Rp 10 ribu, negara masih defisit Rp 20 triliun," kata Budi saat ditemui di Graha Niaga, Jakarta, Rabu (18/12/2013).


Dia menjelaskan, selama ini tidak banyak yang tahu bahwa selama 10 tahun hingga Oktober 2013, penjualan otomotif mencapai 66,3 juta unit atau melonjak 319% dibanding dekade sebelumnya. Sekitar 59,5 juta unit dari tambahan penjualan itu merupakan penjualan sepeda motor.


Selain itu, faktor harga minyak menjadi faktor yang paling menentukan tingginya defisit neraca transaksi berjalan, setiap 1% kenaikan ICP akan berbanding lurus kepada beban subsidi BBM sebesar 1,15%.


Faktor lain yang paling mempengaruhi adalah penjualan kendaraan dengan taksiran setiap 1% kenaikan penjualannya akan memicu pertambahan defisit sebesar 0,63%.Next


(drk/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!