Direktur Utama PT RNI Ismed Hasan Putro mengatakan inovasi menggunakan teknologi mesin adalah sebuah kebutuhan yang harus dilaksanakan demi efisiensi perusahaan.
Penggunaan tenaga mesin ini untuk mengurangi biaya operasional produksi di pabrik gula. "Selain itu, tahun kemarin kami kesulitan mencari tenaga tebang tebu," ujar Ismed di Pabrik Gula Krebet Baru, Kabupaten Malang, Minggu (26/1/2014).
Ia mengatakan, kebutuhan tenaga tebang tebu untuk setiap tahun, berkisar antara 10.000 pekerja yang bekerja di RNI. "Biaya ongkos dan bahan bakar akan terkurangi dengan menggunakan tenaga mesin untuk tebang tebu," katanya.
Ismed menambahkan, konversi tenaga mesin juga untuk mendukung pencapaian target perusahaan. Laba bersih PT RNI tahun 2013 turun drastis jadi Rp 135 miliar dari capaian 2012 sebesar Rp 480 miliar.
"Kemerosotan pendapatan di tahun 2013 mendorong kami untuk melakukan inovasi dengan modernisasi peralatan pertanian tanpa menggunakan tenaga tebang," imbuhnya.
Menurutnya penggunaan teknologi ini tak lepas dari pencapaian target pendapatan perseroan sebesar Rp 6,6 triliun tahun 2014. "Dengan pengalihan tenaga mesin target sebesar Rp 6,6 triliun bisa terpenuhi," imbuhnya.
Bagi kuli pemotong tebu, bernama Misto (52), ia mengaku rencana RNI menggunakan tenaga mesin akan berdampak terhadap ia dan rekan-rekannya sebagai buruh tebang tebu.
"Penghasilannya sekali tebang hanya Rp 100.000. Kalau diganti dengan mesin ya kami bisa nganggur," kata penebang tebu asal Gondanglegi ini dihubungi terpisah.
(hen/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
