Kabinet Jokowi Terbentuk, Ekonom UI: Mustahil Berharap Perubahan Dramatis

Jakarta -Pelaku usaha dan investor keuangan menaruh harapan besar kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Jokowi-JK juga sudah membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Kerja.

Namun, sulit bagi pemerintahan Jokowi-JK untuk mewujudkan perubahan secara instan. Faisal Basri, pengamat ekonomi Universitas Indonesia, mengatakan harapan kepada Jokowi-JK semestinya jangan terlalu berlebihan. Pasalnya tugas yang diemban duet ini tidaklah ringan.


"Jangan berharap terlalu banyak satu perubahan yang dramatis. Hampir mustahil," kata Faisal di acara Coffee Morning Hari Listrik Nasional ke-59 di Kantor Pusat PT PLN (Persero), Jl Trunojoyo, Jakarta, Senin (27/10/2014).


‎Faisal mengatakan, Orde Baru saja butuh beberapa tahun untuk memulihkan ekonomi Indonesia. Pemulihan ekonomi saat itu dimulai dari konsolidasi kekuasaan.


"Pak Harto yang kuat itu dari waktu ke waktu melakukan kondolidasi kekuasaan. Ini Pak Jokowi masa langung kuat? Berilah dia waktu melakukan konsolidasi," tuturnya.


‎Faisal menyebut, sulit bagi presiden untuk melakukan perubahan menyeluruh secara instan. Contohnya untuk target rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7%. Dia memperkirakan Presiden Jokowi baru mampu mencapai pertumbuhan ekonomi itu paling cepat pada 2017.


‎"Tahun ini terus mengalami perlambatan, 2014 kemungkinan di bawah 5%, 2015 itu bisa bergerak 5,6%. Lalu 2016 itu 6,5%, baru 2017 itu 7%. Jadi hampir mustahil kalau rata-ratanya 7%," terangnya.


Untuk menuju pertumbuhan ekonomi 7%, lanjut Faisal, butuh syarat yaitu infrastruktur dan pendanaan. Membangun infrastruktur tentunya butuh waktu.


"Dua kendala itu infrastruktur dan pendanaan yang tidak bisa diselesaikan secara cepat. Loan to deposit ratio perbankan kita sudah 92,4%," sebutnya.


(zul/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!