Kenaikan Harga BBM Bikin Inflasi Melonjak, BI: Jangan Dilihat Short Term Saja

Jakarta -Bank Indonesia (BI) mulai mengantisipasi rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Gubernur BI Agus Martowardojo meminta kepada masyarakat untuk tidak merespon kenaikan harga BBM secara jangka pendek. Tapi harus dilihat dalam jangka panjang untuk memperbaiki anggaran negara yang terus tertekan.

"Tolong nanti kalau ada kenaikan harga BBM, jangan direspons secara short term. Harus tetap confident, jangan hilang confident karena itu akan mempersulit bangsa Indonesia," ucap Agus di acara Pertemuan CEO Pelapor Utang Negara di Gedung BI, Jakarta, Kamis (30/10/2014).


Menurut Agus, dalam jangka pendek kenaikan harga BBM memang akan menimbulkan lonjakan inflasi. Dia memperkirakan inflasi pada akhir tahun ini bisa mencapai 9% dengan kenaikan harga BBM. Jauh lebih tinggi dari asumsi inflasi BI yaitu 3,5-5,5%.


Namun begitu, Agus mengatakan kenaikan harga BBM ini dinilai sebagai salah satu cara menekan angka defisit anggaran negara. Sejak 2011, angka defisit terus melebar. Ini harus segera diantisipasi.


Selain itu, kenaikan harga BBM juga bisa menekan konsumsi sehingga impor akan berkurang. Dampaknya adalah perbaikan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account).


Lebih jauh Agus menjelaskan, perekonomian Indonesia ke depan masih harus diwaspadai. Kondisi perekonomian global sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi, defisit transaksi berjalan (current account deficit), dan Utang Luar Negeri (ULN) masih menjadi tantangan.


"Jadi waspadai inflasi, current account deficit, dan external debt. Kami mohon kekompakan kita untuk berbicara ini," tutup dia.


(drk/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!