Pasar Santa: Di Atas Gaul, di Bawah Sembako

Jakarta -Kesan kumuh dan becek selalu terbayang ketika mendengar kata pasar tradisonal. Pandangan itu yang membuat pasar semakin ditinggalkan masyarakat perkotaan, lantaran kalah saing dengan swalayan yang lebih bersih.

Hal itu pula yang dialami Pasar Santa. Sejak selesai pembangunan konstruksinya pada tahun 2007 oleh PD Pasar Jaya, pasar ini nyaris tak diminati. Tanpa pedagang, dan tanpa pembeli.


"Konstruksi selesai 15 Mei 2007, Pasar Santa jadi pasar permanen (memiliki bangunan permanen). Ada 1.151 kios tapi nggak banyak yang mengisi. Bisa dibilang mati suri lah," ungkap Dirut PD Pasar Jaya Djangga Lubis kala berbincang dengan awak media, Sabtu (1/11/2014) malam.


Kondisi sepi tersebut bertahan hingga 7 tahun lamanya. Hingga dengan bantuan Kepala Pasar Santa Bambang Sugiarto, Djangga pun mencoba kembali menghidupkan pasar ini.


Bak gayung bersambut, usaha tersebut mendapat respons positif dari kalangan pelaku usaha industri kreatif. Alhasil pada 25 Juli 2014 sejumlah pelaku industri kreatif bergabung mengisi kios-kios yang telah lama kosong.


"Waktu itu setelah lebaran, jadi sekitar 3 bulan lalu. Kita yang sedang pusing menghidupkan pasar. Kebetulan pak Bambang dapat usulan dari komunitas pedagang. Idenya sederhana sih, ikut-ikut sedikit seperti konsep convenience store. Ternyata respons anak muda bagus," jelas Djangga.


Pertemuan kreatif ini berbuah kemajuan luar biasa. Sekitar 350 kios di lantai paling atas yang semula kosong kini sudah terisi penuh. "Seperti sulap," ujarnya.Next


(dna/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!