Gula Impor Merajalela, 1,5 Juta Ton Gula Lokal Menumpuk di Gudang

Jakarta -Para pabrikan gula di dalam negeri mengeluhkan soal beredarnya gula impor (raw sugar) eks pabrik gula rafinasi yang merusak harga pasar gula dalam negeri. Dampaknya, hingga kini ada 1,5 juta ton gula produksi lokal dari pabrik gula berbasis tebu yang menumpuk di gudang-gudang pabrik.

Presiden Direktur PT Gendhis Multi Manis Kamadjaya, pemilik PG Blora, mengatakan hal ini karena setiap tahun ada 3,7 juta gula mentah yang diimpor oleh pabrik gula rafinasi, yang menambah pasokan gula di pasar. Gula-gula ini selain masuk ke sektor industri juga masuk ke pasar umum yang selama ini diisi oleh gula eks pabrik gula lokal.


Menurutnya produksi gula lokal rata-rata hanya 2,5 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan diperkirakan sekitar 5,2-5,7 juta ton. Maka 'membanjirnya' gula impor hingga 3,7 juta ton membuat pasokan berlebih.


"Di pabrik-pabrik gula, PTPN dan RNI sekarang tak terjual 1,5 juta ton, itu data dari petani (APTRI)," kata Kamadjaya kepada detikFinance, Selasa (9/12/2014)


Kamadjaya mengatakan berdasarkan data yang ia peroleh, saat ini di gudang-gudang pabrik gula PTPN terdapat 200.000 ton gula yang belum terjual, lalu ada 300.000 ton di gudang pabrik PTPN X, sebanyak 100.000 ton di PTN IX, bahkan pabrik gula RNI bisa mencapai 350.000 ton.


Ia mengatakan selain menanggung kerugian karena stok gula menumpuk di gudang, para pabrik gula kewalahan menghadapi persaiangan gula impor yang harganya hanya Rp 7.000-an per kg. Sedangkan harga gula petani pasca lelang mencapai Rp 8.050 per kg hingga Rp 8.250 per Kg, harga ini memang sudah jauh di bawah Harga Patokan Petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 8.500/Kg.


"Sudah pasti saya rugi saya jual Rp 8.300 per kg, saya bayar petani Rp 9.000 per kg. Tapi bagi saya ini buat investasi, untuk petani memperbaiki lahan tebunya," kata Kamadjaya.


(hen/ang)