Sempat Dianggap Angker, di Pasar 'Gaul' Santa Kini Orang Rela Antre Sewa Kios

Jakarta -Kios-kios di Pasar 'Gaul' Santa, dahulu tak laku sehingga sepi dari para pedagang, bahkan di lantai 3, sempat jadi tempat tuna wisma hingga dianggap angker. Namun kini, daya tarik pasar yang berlokasi di Petogogan, Jakarta Selatan tersebut justru bak gula bagi semut-semut.

Ricko, seorang pengunjung Pasar Santa mengaku berminat berjualan di salah satu kios. Ia mengungkapkan bahwa ada antrean alias waiting list bagi yang mau menyewa kios. Pasar ini semakin 'naik daun', setelah Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dan Menteri KUKM AAGN Puspayoga 1 November 2014 menetapkan pasar tersebut sebagai Pasar Gaul.


"Saya tinggal di Ciputat, waktu dengar soal Pasar Santa, saya mulai cari tahu ke mana harus sewanya? Karena murah kan waktu itu cuma Rp 3 juta per tahun. Tapi sekarang sudah penuh semua. Saya waktu itu juga nggak kebagian jadi harus waiting list. Sampai sekarang katanya sudah 300 orang yang waiting list untuk lantai 3 saja," katanya kepada detikFinance, Senin (16/2/2015).


Ricko mengaku, bahkan ada kios yang sudah mulai dibanderol dengan tarif sewa sangat tinggi hingga Rp 12 juta/tahun. "Jadi ada yang prinsipnya mereka sewa ke PD Pasar Jaya karena murah Rp 3 Juta/tahun terus mereka sewain lagi ke orang. Itu mereka bisa dapat untung dari situ," jelas Ricko.


Harga sewa kios di Pasar Santa sudah naik secara alami karena tingginya permintaan. Dalam tempo 4 bulan saja, harga sewa kios sudah melonjak dari Rp 3 juta/tahun menjadi Rp 5 juta/tahun.


"Waktu dilelang sekitar 4 bulan lalu itu cuma Rp 3 juta per tahun. Sekarang yang saya tempati di lantai 2 itu sudah Rp 5 juta per tahun," ujar Tomo seorang pedagang.


Tomo menjelaskan Pasar Santa dahulu sempat tidak laku sejak dibangun permanen pada 2007 lalu. "Dulu jarang ada yang mau. Makanya dilepas murah. Itu saja nggak banyak yang mau karena di lantai atas itu dianggap angker," ungkap Tomo.


Kini, kondisi berubah drastris seiring makin ramainya pengunjung yang hadir ke Pasar ini, akibat promosi lewat media sosial seperti Twitter, Facebook, Path hingga Instagram oleh para pedagang kreatif di lantai 3, yang menjadi ajang 'nongkrong' anak muda.


(dna/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com