Koreksi IHSG kemarin lebih dipicu sentimen eksternal menyusul anjloknya pasar saham Wall Street malam sebelumnya dan kemudian diikuti dengan pasar emerging market kemarin. Fokus pasar kemarin dikhawatirkan dengan pergerakan dolar AS yang kembali menguat dan serangan Arab Saudi ke Yaman menyusul pemberontakan di negara tersebut yang menyulut kembali harga minyak mentah hingga hampir USD51/barrel kemarin. Di tengah koreksi sejumlah saham sektoral, pergerakan saham sektor perbankan terlihat lebih defensif terhadap gejolak pasar. Sementara Wall Street tadi malam bergerak fluktuatif kembali ditutup di teritori negatif untuk empat sesi perdagangan berturut-turut. Indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 0,23% dan 0,24% di 17678,23 dan 2056,15. Saham-saham sektor energi mendapat momentum penguatannya menyul rally harga minyak mentah dunia yang tadi malam di AS naik 3,6% di USD50,99/barrel. Perhatian pasar global tertuju ke ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan penguatan nilai tukar dolar AS hingga 8% selama tiga bulan pertama tahun ini yang bisa memangkas estimasi pertumbuhan laba emiten tahun ini.
Minimnya insentif positif dari pasar global akan kembali mempengaruhi perdagangan saham akhir pekan ini. IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dengan kisaran support 5340 dan resisten 5410. Dari domestik, pelaku pasar diperkirakan akan lebih digerakkan dengan sejumlah isu inidviudal terkait rilis laba emiten dan rencana pembagian dividen. Kenaikan harga minyak mentah akan memberikan sentimen positif bagi pergerakan harga saham sektor energi seperti batubara, namun akan menimbulkan sentimen negatif bagi saham-saham yang sensitif interest rate karena ekspektasi inflasi meningkat.
(ang/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
