PGN Raup Laba Rp 8,5 Triliun, Tumbuh 30%

Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara (PGN/PGAS) meraup laba bersih sebesar US$ 890,89 juta (Rp 8,5 triliun), naik 30% dari perolehan laba US$ 680,80 juta (Rp 6,5 triliun) di tahun 2011. PGN juga mencatatkan laba usaha US$ 1,02 miliar dan EBITDA US$ 1,19 miliar.

Peningkatan laba tersebut ditopang dari kenaikan pendapatan usaha perseroan sebesar US$ 2,58 miliar. Angka tersebut naik 16 % dari pendapatan tahun sebelumnya sebesar US$ 2,23 miliar.


Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso mengatakan, pencapaian di tahun 2012 dan perkembangan dari integrasi model bisnis semakin memperkuat fundamental PGN untuk terus melanjutkan usaha yang menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi PGN dan seluruh pemangku kepentingan. Demikian disampaikan perseroan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (1/3/2013).


Perseroan mencatat laba kurs terjadi sebagai akibat menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap mata uang asing. Laba perubahan wajar derivatif menjadi US$ 65 juta di tahun 2012 juga berkontribusi pada peningkatan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun ini.


Pencapaian kinerja keuangan ini terutama diperoleh dari volume penjualan gas pada usaha distribusi selama tahun 2012 yang mencapai 807 MMSCFD (juta kaki kubik standar per hari), meningkat dari 795 MMSCFD di tahun 2011.


Peningkatan volume penjualan ini sejalan dengan meningkatnya kemampuan pasokan PGN yang diiikuti dengan kemampuan penyerapan gas oleh pelanggan industri dan komersial.


Pada tahun 2012, Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga gas di hulu ke tingkat harga keekonomian. Hal ini sejalan dengan kenaikan harga energi secara global dan bertujuan untuk menstimulasi produksi gas di Indonesia bagi kepentingan domestik.


Kebijakan ini berdampak pada kenaikan harga beli gas rata-rata PGN dari pemasok. Di tahun 2012, harga beli gas rata-rata dari pemasok naik sebesar 61%.


Sesuai dengan keputusan Menteri ESDM untuk mengintegrasikan penyesuaian harga gas di sisi hulu dan hilir, PGN telah memberlakukan penyesuaian harga jualrata-rata kepada pelanggan sebesar 24% per MMBtu mulai 1 September 2012.


Peningkatan pendapatan usaha di tahun 2012 juga didukung peningkatan pendapatan dari bisnis transmisi.


Di tahun 2012, usaha transmisi PGN dan anak Perusahaan konsolidasi, PT Transgasindo, meningkatkan pengaliran volume gas menjadi 877 MMScfd meningkat dari dari 845 MMSCFD di tahun 2011.


Volume transmisi meningkat terutama disebabkan peningkatan volume pengaliran dari lapangan Grissik melalui pipa transmisi milik PT Transgasindo dan sejak disalurkannya gas dari lapangan Grissik untuk pembangkit listrik PLN di Muara Tawar melalui pipa transmisi SSWJ milik PGN.


Sehubungan dengan status perseroan sebagai perusahaan publik dengan jumlah saham beredar sebesar 43% maka tingkat pajak penghasilan yang diberlakukan pada Perseroan untuk tahun 2012 adalah sebesar 20% setelah mendapatkan konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak.


Setoran untuk seluruh jenis pajak PGN tahun buku 2012 sebesar USD 220 juta (Rp 2,13 triliun) memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional.


Dari aspek operasional, pasokan yang disalurkan di tahun 2012 mengalami kenaikan disebabkan beberapa hal antara lain: tercapainya kesepakatan antara PGN dan pemasok gas dalam usaha meningkatkan produktifitas lapangan sehingga dapat mengalirkan volume yang optimal bagi PGN, adanya tambahan pasokan gas yang berasal dari lapangan Terang Sirasun Batur mulai akhir Mei 2012 bagi pelanggan di wilayah Jawa Timur, serta mulai didistribusikannya sebagian gas dari hasil regasifikasi LNG dari FSRU Jawa Barat yang dioperasikan oleh PT Nusantara Regas (perusahaan joint venture PGN dengan Pertamina) bagi pelanggan di wilayah Jawa Barat.


Dari aspek pengembangan bisnis, PGN melanjutkan integrasi model bisinis di sisi hulu, infrastruktur dan di sisi hilir yang telah dimulai sejak tahun 2011.


Dalam bisnis hulu, PGN melalui PT Saka Energi Indonesia menjajaki kelayakan investasi pada beberapa aset potensial dan kelayakan investasi dengan kepemilikan minoritas di blok hulu serta aktif melakukan penjajakan terhadap potensi bisnis non-konvensional gas.Pada bagian midstream rantai nilai gas, PGN melanjutkan pengembangan LNG di Indonesia dengan mendirikan anak Perusahaan, PT PGN LNG Indonesia (”PGN LNG”) pada tanggal 26 Juni 2012.


PGN juga menambah moda transportasi gas dengan membangun LNG FSRU ke-2 di Lampung. Pembangunan FSRU ini berdasarkan Kontrak Amended and Restated Lease, Operate and Maintenance Agreement antara PGN dengan HOEGH dan Amended and Restated EPCIC Agreement antara PGN dengan PT Rekayasa Industri yang ditandatangani pada tanggal 17 Oktober 2012. Pada tanggal 27 Februari 2013, proses konstruksi FSRU telah memasuki tahap pembangunan bagian dasar kapal (keel laying) FSRU di galangan kapal Hyundai Heavy Industri di Ulsan, Korea Selatan.


Ke depan, PGN LNG akan mengoperasikan terminal penerima dan regasifiaksi LNG terapung (LNG FSRU) di Lampung dan mengusahakan pasokan LNG bagi FSRU Lampung untuk memenuhi permintaan gas di wilayah Jawa Barat dan sekitar Lampung.


PGN LNG telah menandatangani LNG Master Sales and Purchase Agreement (“MSPA”) dengan beberapa pemasok LNG untuk mendapatkan pasokan dari spot market.


Namun demikian, masih dilakukan upaya untuk mendapatkan kontrak pasokan jangka panjang, terutama dari pemasok di dalam negeri.


Pengembangan bisnis hilir melalui anak Perusahaan PT Gagas Energi Indonesia ("GEI") juga telah memperluas akses pasar dan pasokan.


GEI telah membantu penyediaan gas untuk kebutuhan pasokan gas untuk Compressed Natural Gas, Stasiun Pengisi Bahan Bakar gas dan pemanfaatan sebagian gas hasil regasifikasi LNG.


(ang/ang)