Dolar AS Tembus Rp 10.000, Anggaran Subsidi BBM Bakal Jebol

Jakarta - Anggaran subsidi BBM di tahun ini yang berjumlah Rp 200 triliun lebih akan tetap jebol. Namun, kali ini tidak disebabkan oleh volume konsumsi BBM subsidi yang tinggi, melainkan pelemahan rupiah terhadap dolar AS beberapa waktu terakhir.

"BBM (anggaran) itu bisa kemungkinan lewat sedikit. Tapi bulan oleh volume tapi oleh kurs, subsidi listrik juga begitu, kalau Indonesian Crude Price (ICP) kan sudah turun," ungkap Plt Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani di Gedung Djuanda, Jakarta, Senin (12/8/2013).


Askolani belum dapat memprediksi berapa besar anggaran yang jebol akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini. Akan tetapi, Askolani menuturkan secara keseluruhan pelemahan berdampak negatif terhadap anggaran. Seperti diketahui, Indonesia masih ketergantungan impor BBM, sehingga pelemahan rupiah terhadap dolar menyebabkan anggaran impor BBM bakal naik.


"Kemungkinan efeknya tetap negatif, netnya negatif tapi besarannya harus dihitung, tiap bulan tiap tahun beda, cost-nya beda. Kesimpulannya memang pelemahan rupiah terhadap dolar itu efeknya negatif ke anggaran," ujarnya.


Ia menuturkan, kuota atau jatah BBM bersubsidi yang sebesar 48 juta kiloliter (KL) diprediksi tidak akan lewat akibat adanya kebijakan kenaikan harga BBM yang diambil pemerintah Juni lalu. Kebijakan tersebut cukup berhasil menekan konsumsi masyarakat.


"Karena tahun ini kayaknya volume bisa kita jaga, jangan sampai lewat 48 juta KL. Jadi iya karena kurs," sebutnya.


Selain itu, ada keterlambatan dari PT Pertamina (Persero) dalam menagih pembayaran untuk pembelian BBM bersubsidi. Saat ini, Askolania menuturkan tagihan belum dilakukan selama 2 bulan.


"Kalau BBM itu bisa 2 bulan (belum dibayar) karena mereka (Pertamina) menagihnya telat," pungkas Askolani.


(dnl/dnl)