Proyek Pelabuhan Cilamaya di Karawang Takkan Caplok Sawah Produktif

Tokyo -Proyek industri yang sekarang menjadi fokus investasi Jepang di Indonesia terletak di Karawang, Jawa Barat. Jepang berniat menempati 3.000 hektar lahan kawasan industri baru di Karawang untuk industri otomotif, komponen, elektronik, IT, dan permesinan.

Kawasan ini akan ditunjang dengan pembangunan pelabuhan laut Cilamaya. Proyek raksasa ini tak akan mencaplok sawah produktif.


"Jadi (proyek) ini akan mencoba tidak mengganggu sawah produktif, tidak seperti isu yang ada selama ini," ujar Menteri Perindustrian MS Hidayat merujuk pernyataan sebagian pihak, bahwa proyek investasi Jepang itu menggerus puluhan hektar sawah di Karawang, kota yang berpredikat lumbung pangan.


"Jadi (proyek itu) akan memakai lahan yang tidak masuk kategori sawah," imbuh Hidayat.


Hidayat menyatakan hal ini kepada wartawan di Tokyo, usai mendampingi Menko Perekonomian Hatta Rajasa menghadiri pertemuan keempat steering committee Metropolitan Priority Area (MPA) Jabodetabek yang diadakan di gedung Kemlu Jepang, Kamis (12/13/2013).


MPA berisi 45 proyek pembangunan di Jabodetabek senilai Rp 411 triliiun. Pertemuan keempat tersebut membicarakan dua hal utama yaitu mendengarkan perkembangan kemajuan atas 5 proyek berkategori Flagship (diprioritaskan), dan 15 proyek berlabel fast track (mendesak) -- keduanya bagian dari 45 proyek MPA; serta melaporkan dua inisiatif baru MPA yaitu proyek Jakarta-Bandung high speed railways (kereta cepat) dan MPA Support Facility.


Nah, di antara proyek Flagship tersebut adalah pelabuhan Cilamaya yang melibatkan modal Jepang. Pelabuhan laut itu akan menjadi pelabuhan utama bagi kawasan industri 3.000 hektar yang diminati Jepang, yang merupakan perluasan dari kawasan industri yang sudah ada. Selain untuk ekspor, pelabuhan itu juga digunakan untuk kepentingan domestik. Skema pengelolaan pelabuhan itu akan menggunakan sistem BOT.


Lahan yang diincar untuk proyek ini sebagian telah dikuasai oleh kalangan industri di Karawang. Lahan tersebut itulah yang nantinya akan dibeli investor, sehingga tidak menyasar lahan persawahan. "Jadi nanti jual-beli lahannya B to B (business to business)," ujar Hidayat.


Pelabuhan Cilamaya dibangun karena pihak Jepang enggan berbisnis lewat pelabuhan Tanjung Priok, mengingat kemacetan lalu lintas di ibu kota. Masterplan maupun studi kelayakan Cilamaya sudah tuntas dan saat ini sedang berlangsung supplemental study. Pelabuhan ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas ekspor Indonesia dan menarik investasi asing.


(nrl/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!