Dolar Tembus Rp 12.000, Subsidi BBM Bengkak Rp 50 Triliun

Nusa Dua -Anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun ini diperkirakan melonjak Rp 50 triliun. Penyebabnya karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah melemah ke titik Rp 12.000/US$.

Selama ini kebutuhan BBM dan minyak di dalam negeri sebagian masih harus diimpor dan membutuhkan dolar AS dalam jumlah besar.


"Kita telah menyiapkan alokasi subsidi sebesar Rp 200 triliun pada tahun 2013. Itu adalah 1/8 dari total anggaran keseluruhan. Tapi karena ada depresiasi (pelemahan) rupiah maka akan ada kenaikan anggaraan subsidi Rp 50 triliun," kata Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam seminar internasional di Hotel Hyatt, Nusa Dua, Bali, Kamis (12/12/2013)


Ia menuturkan, anggaran tersebut sudah naik sebesar 25%. Padahal secara kuota, volumenya tidak akan melewati patokan dari APBN Perubahan 2013 yang sebesar 48 juta kiloliter.


"Anggaran kita kembali membengkak sebesar 25%. Itu penyebabnya adalah depresiasi rupiah. Kalau dari volume kita sudah lebih baik," sebutnya.


Apalagi menurut Bambang, BBM yang dikonsumsi oleh masyarakat berasal dari impor. Sehingga pelemahan rupiah yang terjadi sangat mempengaruhi anggaran subsidi BBM.


"Kita mau tak mau harus tetap impor kan," tegas Bambang.


Seperti diketahui, pemerintah telah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Juni lalu. Dampaknya hanya terasa pada pengendalian volume BBM. Sementara untuk anggaran masih terpengaruh oleh depresiasi rupiah terhadap dolar.


"Karena rupiah, kita nggak bisa untuk melakukan apa-apa," ujar Bambang.


(mkl/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!