Daya Saing Produk Made In RI Masih Kalah dari Singapura dan Malaysia

Jakarta -Peringkat daya saing produk Indonesia di mata global masih rendah. Posisi Indonesia tidak beranjak di nomor 38 dari 148 negara. Bahkan dibandingkan negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam, peringkat daya saing produk Indonesia adalah yang terbawah.

"Daya saing produk kita masih terus ditingkatkan untuk memberi keuntungan saat pasar bebas ASEAN dilakukan di tahun 2015," ungkap Dirjen Standarisasi dan Perlindungan Konsumen (SPK) Kementerian Perdagangan Widodo saat membuka seminar Meningkatkan Daya Saing Dalam Pasar Bersama 2015 di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (13/12/2013).


Posisi terbaik negara ASEAN diduduki Singapura yang menyabet nomor 2 dunia. Sedangkan posisi Malaysia di nomor 24, Brunei Darussalam nomor 26, dan Thailand nomor 37. Indonesia hanya unggul dari negara Vietnam dengan posisi 70 dan posisi Filipina 59. Rendahnya posisi daya saing produk Indonesia menjadi pekerjaan rumah bagi para pelaku usaha.


"Melihat itu saat ini standar dan kesesuaian mempunyai peranan penting. Menjadi perhatian bagi produsen membuat produk yang aman, sehat dan ramah lingkungan. Standar juga digunakan untuk produksi jasa perdagangan yang konsistensi, kualitas yang sesuai kriteria yang ditentukan," imbuhnya.


Terlebih di tahun 2015, pasar Indonesia akan terkoneksi dengan pasar bebas ASEAN. Artinya mau tidak pelaku usaha wajib bersaing dengan para pelaku usaha dari negara ASEAN lainnya.


"Penerapan ASEAN Economic Community memfasilitasi akses ekonomi yang bersaing di sektor usaha. Pelaku usaha akan berhadapan langsung dengan pengusaha lain di tingkat regional ASEAN. Jadi kita harus mempunyai produk yang berkualitas tinggi. Kualitas produk tercermin dari komplain dan tampilan produk atas kemasan," tuturnya.


Indonesia sendiri memprioritaskan 12 sektor utama dalam persaingan pasar bebas ASEAN 2015 antara lain industri agro, elektronik, kesehatan, otomotif, tekstil, rubber, logistik, travel, wood, pariwisata dan transportasi udara. Untuk itu, Indonesia tidak saja menggenjot industri barang saja tetapi akan fokus juga menggenjot sektor jasa.


"Perdagangan jasa meningkat lebih cepat daripada barang. Saat transaksi Trade Expo Indonesia 2013 yang berlangsung 5 hari, transaksi jasa adalah sebesar US$ 65,9 juta yang didominasi jasa konstruksi dan sektor kesehatan," sebutnya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!