Pembangunan Kilang Baru Tak Jamin RI Bebas dari Impor Minyak Mentah

Nusa Dua -Penambahan kilang minyak baru sangat dibutuhkan di dalam negeri. Namun adanya kilang baru tidak menyelesaikan persoalan Indonesia, yaitu tingginya impor minyak mentah.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang Bordjonegoro mengatakan kilang hanya mampu menyelesaikan satu masalah yaitu mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), sementara itu impor minyak mentah tetap terjadi. Alasannya antara produksi minyak di dalam negeri jauh lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan.


"Jangan lupa loh, kilang menyelesaikan impor BBM. Bukan impor minyak," ungkap Bambang di Nusa Dua, Bali, Jumat (13/12/2013)


Menurut Bambang, produksi minyak mentah di dalam negeri berada jauh di atas kebutuhan. Untuk kilang yang ada saat ini, masih dibutuhkan minyak mentah impor.


"Nah minyak kita produksinya turun. Sehingga kita juga harus impor. Untuk kilang Pertamina yang ada sekarang bisa-bisa impor. Minyaknya itu nggak cukup. Jadi kilang itu nggak menyelesaikan masalah," jelasnya.


Seperti diketahui, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) nasional per hari mencapai 1,4 juta kiloliter (KL), sementara produksi minyak nasional yang merupakan bagian negara hanya sekitar 600.000 barel per hari. Untuk menutupi kebutuhan BBM itu, maka dilakukan impor. Jumlah impor BBM dan minyak mentah Indonesia per hari mencapai US$ 96 juta atau sekitar Rp 960 miliar


Dengan jumlah sebesar itu, artinya Bambang menilai persoalan defisit perdagangan masih akan terjadi, dengan hanya membangun kilang baru.


"Tapi tidak membuat trade defisit dari migas itu turun. Minyaknya dari mana? Kan nggak mungkin air jadi minyak," paparnya.


(mkl/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!